Deeptalk.co.id – Kesehatan mental dan kriminalitas adalah dua hal yang sering dikaitkan oleh masyarakat. Banyak orang yang beranggapan bahwa orang-orang yang tidak sehat secara mental cenderung melakukan tindak kriminal, seperti kekerasan, pencurian, atau pembunuhan. Banyak juga orang yang beranggapan bahwa orang-orang yang melakukan tindak kriminal pasti tidak sehat secara mental.

 

Namun, apakah pandangan dan stereotip ini benar? Apakah ada hubungan sebab-akibat antara kesehatan mental dan kriminalitas? Bagaimana dampak pandangan dan stereotip ini bagi orang-orang yang tidak sehat secara mental atau yang melakukan tindak kriminal?

 

Mari kita bahas pertanyaan-pertanyaan ini dalam artikel ini. Dengan memahami hubungan antara kesehatan mental dan kriminalitas mampu mengubah pandangan dirimu mengenai orang-orang yang identik dengan pelaku kejahatan.

 

Apakah Ada Hubungan Sebab-Akibat antara Kesehatan Mental dan Kriminalitas?

 

Pertanyaan pertama yang perlu kita jawab adalah apakah ada hubungan sebab-akibat antara kesehatan mental dan kriminalitas. Jawabannya adalah tidak selalu. Tidak semua orang yang tidak sehat secara mental melakukan tindak kriminal, dan tidak semua orang yang melakukan tindak kriminal tidak sehat secara mental.

 

Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 20% dari populasi dunia mengalami gangguan atau penyakit mental setiap tahunnya. Namun, hanya sekitar 3-5% dari kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang dengan gangguan atau penyakit mental. Artinya, mayoritas orang yang tidak sehat secara mental tidak terlibat dalam tindak kriminal.

 

Sebaliknya, menurut data dari National Institute of Mental Health (NIMH), sekitar 15-20% dari narapidana di penjara AS memiliki gangguan atau penyakit mental. Namun, banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi perilaku kriminal seseorang, seperti kemiskinan, pengangguran, pendidikan, lingkungan, atau obat-obatan. Artinya, tidak semua orang yang melakukan tindak kriminal tidak sehat secara mental.

 

Jadi, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara kesehatan mental dan kriminalitas. Kita perlu melihat kasus-kasus secara individu dan menyadari bahwa ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi kondisi mental dan perilaku seseorang.

 

Bagaimana Dampak Pandangan dan Stereotip ini bagi Orang-orang yang Tidak Sehat Secara Mental atau yang Melakukan Tindak Kriminal?

 

Pertanyaan kedua yang perlu kita jawab adalah bagaimana dampak pandangan dan stereotip ini bagi orang-orang yang tidak sehat secara mental atau yang melakukan tindak kriminal. Dampak pandangan dan stereotip ini bisa sangat negatif bagi diri dan masyarakat. Dampak pandangan dan stereotip ini bisa berupa:

 

Stigma

Stigma adalah label negatif atau cap buruk yang diberikan kepada seseorang. Hal ini karena memiliki karakteristik tertentu yang dianggap menyimpang atau tidak normal oleh masyarakat. Stigma bisa membuat seseorang merasa malu, bersalah, rendah diri, atau terisolasi dari masyarakat.

 

Sebagai contoh: seseorang yang mengalami skizofrenia atau gangguan bipolar sering dicap sebagai gila, aneh, atau berbahaya oleh masyarakat. Seseorang yang pernah dipenjara karena melakukan tindak kriminal sering dicap sebagai jahat, tidak bermoral, atau tidak bisa berubah oleh masyarakat.

 

Diskriminasi

Diskriminasi adalah perlakuan tidak adil atau tidak setara kepada seseorang. Hal ini karena memiliki karakteristik tertentu yang dianggap menyimpang atau tidak normal oleh masyarakat. Diskriminasi bisa membuat seseorang kehilangan haknya. Ataupun kehilangan kesempatan dalam bidang pendidikan, pekerjaan, kesehatan, atau hukum.

 

Contohnya, seseorang yang mengalami depresi atau gangguan kecemasan sering kesulitan mendapatkan pekerjaan atau pendidikan yang layak karena dianggap tidak kompeten atau tidak stabil oleh masyarakat. Seseorang yang pernah menjadi korban kekerasan seksual atau perdagangan manusia sering tidak mendapatkan perlindungan atau keadilan yang layak karena dianggap bersalah atau tidak berharga oleh masyarakat.

 

Kekerasan

Kekerasan adalah tindakan fisik atau verbal yang menyebabkan rasa sakit atau cedera kepada seseorang. Hal ini karena memiliki karakteristik tertentu yang dianggap menyimpang atau tidak normal oleh masyarakat. Kekerasan bisa membuat seseorang mengalami trauma fisik atau psikologis.

 

Contohnya, seseorang yang mengalami gangguan kepribadian atau gangguan obsesif-kompulsif sering menjadi sasaran ejekan, penghinaan, atau pelecehan oleh masyarakat. Seseorang yang pernah melakukan tindak kriminal seperti pencurian atau penganiayaan sering menjadi sasaran ancaman, pemukulan, atau pembunuhan oleh masyarakat.

 

Baca juga : Menghadapi Stigma dan Diskriminasi dengan Resiliensi.

 

 

Itulah pembahasan tentang pandangan masyarakat dan stereotip tentang kesehatan mental dan kriminalitas. Kita telah mengetahui bahwa tidak semua orang yang tidak sehat secara mental melakukan tindak kriminal, dan tidak semua orang yang melakukan tindak kriminal tidak sehat secara mental. Kita juga telah mengetahui bahwa pandangan dan stereotip ini bisa berdampak negatif bagi orang-orang yang tidak sehat secara mental atau yang melakukan tindak kriminal.

 

Mari kita bersikap bijak dan empatik terhadap orang-orang yang tidak sehat secara mental atau yang melakukan tindak kriminal. Kita bisa membantu mereka dengan memberikan informasi, bimbingan, dukungan, atau rujukan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kita juga bisa mencegah dan mengurangi stigma atau diskriminasi terhadap mereka dengan memberikan edukasi dan kesadaran kepada masyarakat.

 

Baca juga : Bagaimana Cara Menjaga Resiliensi Tetap Stabil dalam Menghadapi Stres Kerja?
Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.