Deeptalk.co.id – Kasus bunuh diri selalu menjadi isu yang mengkhawatirkan bagi siapapun. Tak memandang usia, bunuh diri bisa terjadi pada setiap orang termasuk anak-anak. Mereka yang oleh orang dewasa sering dianggap belum mengerti masalah dan tekanan hidup dunia, pun nyatanya bisa melakukan tindakan bunuh diri akibat perasaan tertekan yang ternyata tidak diketahui.

 

Seperti yang terjadi pada MR, bocah berusia 11 tahun yang ditemukan gantung diri di rumahnya pada awal Maret 2023 lalu. Olokan dan ejekan dari teman-teman sebayanya, yang mungkin dianggap sebagai candaan semata ternyata membuat bocah itu mengalami depresi hingga memilih untuk bunuh diri.

 

Berdasarkan keterangan keluarga, MR selalu mengeluh karena sering diolok-olok oleh teman-temannya di sekolah. Olokan yang dilontarkan pun didasari karena MR yang sudah tidak punya ayah atau anak yatim. Ia pun kerap menangis dan merasa dongkol setiap kali pulang sekolah. Hingga ketika ia sudah berada pada titik terlelahnya, ia pun memilih untuk mengakhiri hidup dengan menggantungkan diri di pintu dapur rumahnya hingga dinyatakan meninggal dunia.

 

 

Kasus bunuh diri pada anak yang mengkhawatirkan (cr : Rumah Sakit Sari Asih)

Tingkat Kasus Bunuh Diri Pada Anak

 

Bunuh diri masih menjadi isu utama yang perlu diperhatikan, terutama jika pelakunya adalah anak-anak. Bunuh diri pada anak dapat menjadi tanda bahwa ada masalah yang lebih dalam yang sedang dialaminya. Hal ini menjadi penting untuk dipahami dan menjadi perhatian kita bersama agar anak-anak dapat diberikan bantuan yang tepat.

 

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, kasus bunuh diri pada anak-anak di Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kemudian Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat juga melaporkan bahwa pada anak muda, yang tingkat bunuh dirinya lebih rendah diantara kelompok usia lainnya, justru menjadi penyebab kematian terbanyak ketiga. Bahkan menjadi yang terbanyak kedua untuk kelompok usia 10-14 tahun.

 

Selain itu, pada tahun 2019 lalu, WHO menyebutkan bunuh diri sebagai penyebab kematian terbesar keempat diantara keompok usia remaja 15-29 tahun di seluruh dunia. Lalu, dari laman Our World in Data, anak dan remaja dengan rentang usia 5-14 tahun memiliki angka bunuh diri sebesar 0,6 per 100 ribu penduduk. Dibandingkan dengan kelompok usia 15-29 tahun yang menempati angkat bunuh diri sebanyak 11,2 per 100 ribu penduduk. Data tersebut didapat berdasarkan catatan Institute for Health Metricts and Evaluation (IHME) dan Global Burden of Disease tahun 2019.

 

Salah satu penyebab utama dari banyaknya kasus bunuh diri pada anak adalah tekanan hidup yang tinggi, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Pada beberapa kasus, anak-anak bahkan mengalami bullying di sekolah yang dapat memicu depresi dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

 

Tingginya angka tersebut menandakan betapa pentingnya kasus bunuh diri pada anak untuk diperhatikan. Termasuk oleh orang dewasa sebagai wali atau pendamping anak-anak yang memiliki andil terhadap pencegahan kasus bunuh diri anak.

 

Tanda-Tanda Keinginan Bunuh Diri Pada Anak

 

Kemungkinan terjadinya kasus bunuh diri yang sulit dicegah karena korban kerap tidak menunjukkan perilaku keinginan mengakhiri hidupnya. Terutama anak-anak yang masih kesulitan dalam mengekspresikan apa yang ia rasakan selama ini. Sehingga perasaan stres, tertekan dan depresi hingga memiliki keinginan untuk bunuh diri pada anak sulit dideteksi.

 

Baca juga : Tidak Hanya Orang Dewasa, Burnout Juga Bisa Menyerang Anak-Anak Loh

 

Namun, ada beberapa ciri atau tanda ketika seorang anak ingin mengakhiri hidupnya yang bisa Anda waspadai. Berikut adalah tanda peringatan bunuh diri berdasarkan data dari Into The Light, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan dilansir dari Kompas.id :

 

– Kerap membicarakan tentang bunuh diri, menyakiti diri hingga kematian

– Membenci dan menghujat diri sendiri; merasa putus asa dan terjebak suatu masalah

– Mencari cara mematikan untuk bunuh diri

– Menarik diri dari keluarga, teman, atau sahabat

– Bertindak merusak diri sendiri: melukai tubuh, konsumsi alkohol berlebih, overdosis obat-obatan

– Perubahan fisik dan suasana hati yang drastis: mudah marah tak terkendali, tidur lebih lama dari biasanya, atau punya masalah tidur

– Mengatur segala hal untuk ditinggalkan atau memberikan barang pribadi ke orang lain

– Mengucapkan perpisahan atau selamat tinggal kepada orang-orang seolah tidak akan bertemu lagi

 

Sayangnya, masih banyak orang yang kurang peduli dengan masalah kesehatan mental anak-anak. Banyak orang yang masih berpikir bahwa anak-anak tidak mungkin mengalami masalah kesehatan mental. Padahal, anak-anak juga bisa mengalami depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya.

 

Sebagai orang dewasa, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu mencegah kasus bunuh diri pada anak-anak. Kita bisa memulai dengan lebih peduli dan memperhatikan tanda-tanda bahwa anak sedang mengalami masalah kesehatan mental.

 

Selain itu, kita juga bisa membantu anak untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, baik itu masalah di sekolah, masalah keluarga, atau masalah kesehatan mental. Dengan demikian, kita dapat membantu anak untuk merasa lebih baik dan mencegah tindakan bunuh diri yang tidak diinginkan.

 

 

 

 

Sumber :

CNN Indonesia. (2023, March 3). Siswa SD di Banyuwangi Meninggal, Berapa Angka Bunuh Diri pada Anak?. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230303110056-255-920267/siswa-sd-di-banyuwangi-meninggal-berapa-angka-bunuh-diri-pada-anak

Wahyudi, M. Z. (2022, September 17). Waspadai Bunuh Diri pada Anak Muda. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/09/16/waspadai-bunuh-diri-pada-anak-muda

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.