Deeptalk.co.id – Pada saat berdiskusi dengan seseorang, masing-masing dari kita akan mengemukakan pendapatnya. Namun, lawan bicaramu ternyata mengemukakan sesuatu yang salah. Alih-alih mengakui kesalahannya, ia malah berdalih dan justru menyalahkan Anda. Hingga emudian Anda menjadi bingung, mana yang sebenarnya benar atau salah. Apakah Anda pernah mengalami hal seperti ini?

 

Contoh kasus diatas merupakan gambaran sederhana dari perilaku gaslighting. Istilah yang sudah lama dikenal ini kemudian menjadi tenar akhir-akhir ini karena sering menyangkut perilaku seorang yang abusive dan manipulatif terhadap pasangannya.

 

Gaslighting merupakan bentuk pelecehan secara emosional dan psikologis dimana pelakunya menggunakan trik verbal serta perilaku yang membuat korbannya kehilangan akal. Atau seseorang yang terkena pengaruh gaslighting ini menjadi tidak dapat mempercayai penilaian mereka sendiri. Sehingga si pelaku gaslighting bisa mendapatkan kontrol penuh terhadap korbannya.

 

Istilah gaslighting pertama kali dipopulerkan melalui sebuah film Gaslight pada tahun 1944 oleh Patrick Hamilton. Dalam film tersebut mengisahkan seorang suami yang secara sistematis telah mencuci otak istrinya hingga ia yakin kalau dirinya gila.

 

Semenjak saat itu pun perilaku gaslighting identik akan sikap seseorang yang manipulatif dengan memanfaatkan mental orang lain demi kepentingannya.

 

Perilaku gaslighting yang berbahaya bagi kesehatan mental

Perilaku gaslighting (cr : Freepik)

 

Pengertian Gaslighting

 

Gaslighting dalam Oxford Dictionaries merujuk kepada salah satu bentuk penyiksaan secara psikologis yang terjadi dalam hubungan interpersonal, di mana pelaku melemahkan rasa percaya diri korban dengan membuat mereka mempertanyakan ingatan, sudut pandang, atau kewarasan mereka. Orang-orang manipulatif yang terlibat dalam gaslighting melakukannya untuk mencapai kekuasaan atas korban mereka. Baik karena mereka hanya ingin mendapatkan kenikmatan sesaat atas tindakan tersebut atau karena mereka ingin secara emosional, fisik bahkan finansial mengendalikan korban mereka.

 

American Psychological Association menyebutkan bahwa gaslighting pernah merujuk pada manipulasi yang sangat ekstrim untuk menyebabkan penyakit mental. Dan untuk membenarkan komitmen orang yang terkena gaslight pun harus ke institusi psikiatri, tetapi sekarang sudah digunakan secara umum.

 

Sedangkan Stephanie Sarkis, seorang psikoterapis yang menuliskan buku Gaslighting: Recognize Manipulatif and Emotionally Abusive People—and Break Free menilai bahwa gaslighter adalah manipulator ulung. Mereka berbohong atau menyembunyikan informasi, mengadu domba, dan selalu menyalahkan orang lain sambil mendapatkan kendali atas mereka yang melakukan gaslighting.

 

Baca juga : Waspada Toxic Parenting, Berikut Ciri Orang Tua yang Narsistik

 

Mengenali Para Gaslighter

 

Gaslighter membutuhkan kontrol dan kekuatan. Dalam suatu hubungan, mereka akan menjadi sosok yang harus bertanggung jawab, dan selalu benar akan segala hal. Mereka juga secara rutin akan memaksakan penilaian mereka kepada korbannya.

 

Taktik seorang gaslighter yakni seperti terus mengkritik, mengintimidasi, membuat pernyataan kasar secara verbal, menyatakan ketidakpuasan dengan suatu hubungan, dan lain-lain mungkin tidak akan kentara pada awalnya. Oleh karenanya seseorang yang terkena gaslighting mungkin tidak merasakan ada sesuatu yang sangat salah. Hingga sampai akhirnya mereka menemukan bahwa dirinya berada dalam kebingungan dan keraguan yang tidak pernah berakhir.

 

Kalimat yang mereka bawa selalu dengan nada menyalahkan Anda, seperti “Aku melakukan ini karena kamu tidak mau mendengarkanku,” atau “Kamu yang membuatku melakukannya.” Secara tidak langsung, mereka telah menuduh Anda sebagai orang yang memiliki masalah. Tipikal umum seorang gaslighter yang enggan memberikan pujian atau permintaan maaf secara langsung.

 

Perilaku gaslighting dapat terjadi pada siapa saja, baik dalam hubungan asmara, hubungan antara anak dan orang tua, hingga hubungan antara bos dan pekerja. Mereka para gaslighter seringkali melakukannya untuk memanipulasi orang karena ras, identitas gender, usia, ketidakstabilan mental, atau kerentanan fisik atau emosional.

 

Adanya keinginan kekuasaan atau kontrol penuh pada orang lain menjadi faktor utama si pelaku. Sehingga seseorang yang mungkin lebih rentan terhadap gaslighting adalah seringkali yang menderita masalah kesehatan mental yang melemahkan resistensi mereka, seperti riwayat abuse atau trauma, harga diri rendah atau bahkan depresi.

 

Efek dan Bahaya Gaslighting Terhadap Korban

 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa gaslighting membuat orang lain menjadi ragu dan bingung akan perasaan yang ia alami. Hingga seiring waktu seseorang yang menjadi korban mungkin akan mulai percaya bahwa mereka tidak dapat mempercayai diri mereka sendiri. Atau bahkan mereka tidak menyadari kalau mereka memiliki gangguan kesehatan mental.

 

Beberapa dampak lain sebagai akibat dari gaslighting ini yakni seperti kecemasan, murung, mengisolasi diri, hingga trauma prikologis. Stres kronis dan tekanan emosional yang parah bisa juga dihadapi si korban.

 

Selain itu rentetan konstan serangan verbal (dan kadang-kadang fisik) akhirnya menghilangkan rasa identitas, harga diri, dan kepercayaan diri korban sambil juga menggerogoti kewarasannya. Semua ini bisa memberikan dampak dalam jangka waktu panjang pada kesehatan mental seseorang.

 

Jika gaslighting terjadi dalam suatu hubungan, itu bisa menjadi bagian dari pola kontrol koersif yang lebih luas. Kontrol koersif adalah pelecehan emosional yang memberi pelaku kontrol atas kehidupan pasangannya. Hal ini akan menjadi berbahaya karena pelecehan emosional sering kali meningkat menjadi pelecehan fisik, sehingga seseorang yang mengalami gaslighting di awal hubungan mungkin berisiko mengalami kekerasan fisik di kemudian hari.

 

 

 

 

Sumber :

https://www.medicalnewstoday.com/articles/long-term-effects-of-gaslighting#long-term-effects

https://www.psycom.net/gaslighting-what-is-it

https://www.psychologytoday.com/intl/basics/gaslighting

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.