Deeptalk.co.id – Memiliki keluarga yang harmonis tentu harapan setiap orang. Namun sayangnya tidak semua orang bisa mendapatkannya. Ada saja masalah yang timbul dalam sebuah keluarga. Bagi beberapa orang, permasalahan tersebut bisa diselesaikan hanya dengan perpisahan. Tahukah kamu, korban dari perpisahan orang tua adalah anak-anak mereka.

Keluarga yang tidak harmonis sering kali mendapat julukan broken home. Anak broken home tidak hanya menjadi korban perundungan di kalangan teman-temannya, namun juga cenderung menghadapi berbagai masalah kesehatan mental.

Orang tua yang seharusnya menjadi tempat mereka berkeluh kesah justru teralihkan fokusnya dengan berbagai masalah dalam rumah tangga. Hal ini membuat banyak sekali anak broken home yang tidak mendapatkan kasih sayangnya cukup dari kedua orang tuanya. Padahal dengan mendapatkan kasih sayang yang cukup, anak dapat tumbuh dengan kondisi emosi yang stabil.

Lantas, bagaimana kondisi kesehatan mental anak-anak korban broken home? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, artikel kali ini akan secara khusus memaparkan beberapa masalah kesehatan yang sering kali dialami oleh anak-anak korban broken home.

Namun sebelum kita masuk pada topik pembahasan utamanya, perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi, dan tidak untuk dijadikan patokan self diagnosis. Jika kamu atau orang sekitar mengalami beberapa kondisi seperti yang dipaparkan dalam artikel ini, maka segera lakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater. Dengan begitu kamu akan mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Anak-anak broken home akan lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan mental, dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam keluarga yang harmonis. Meski demikian, tidak semua anak broken home mengalami masalah kesehatan mental.

Perpisahan dan konflik antar orang tua yang tidak seharusnya disaksikan oleh anak akan menjadi pengalaman traumatis bagi anak. Tidak hanya itu, beberapa anak bisa saja ikut mengalami kekerasan sebagai pelampiasan dari orang tuanya. Pengalaman-pengalaman semacam itulah yang bisa menunjang berbagai masalah kesehatan mental bagi anak.

Berikut beberapa dampak kesehatan mental yang umumnya dialami oleh anak-anak korban broken home:

Kesulitan Mengekspresikan Emosi

Kesulitan Mengekspresikan Emosi (Freepik)

Anak broken home terbiasa untuk memendam emosi yang mereka rasakan. Padahal, sejak anak-anak seharusnya kita sudah belajar untuk mengenal dan mengekspresikan emosi sebagaimana mestinya. Misalnya dengan menangis saat sedih, atau tertawa saat bahagia. Walaupun anak broken home tahu akan konsep itu, namun mereka cenderung lebih memendam emosinya.

Sesulit apapun kondisi yang dialami oleh anak broken home, mereka akan mencoba semaksimal mungkin untuk tetap stabil. Walaupun sekilas tampak baik-baik saja, namun emosi yang terpendam tidak akan selamanya baik-baik saja. Akan ada masanya dimana emosinya sudah tidak bisa terpendam, dan mereka akan meluapkan emosi tersebut. Atau dalam beberapa kondisi, luapan emosi itu tidak akan pernah keluar, namun menjadi penyakit, seperti serangan panik, atau gangguan kecemasan.

Baca juga : Waspada Dampak Broken Home yang Dirasakan Saat Dewasa

Ingin Mendapatkan Perhatian Lebih

Ingin Mendapatkan Perhatian Lebih (Freepik)

Mendapatkan perhatian adalah hak setiap anak. Sayangnya, banyak anak-anak broken home yang tidak bisa mendapatkan perhatian. Orang tua sebagai pemberi perhatian cenderung fokus dengan masalah mereka, dan pada akhirnya mengabaikan anaknya.

Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya akan mencari perhatian dari orang lain. Kamu mungkin tidak asing dengan kasus perundungan yang dilakukan oleh anak-anak broken home. Pada dasarnya yang mereka inginkan adalah perhatian. Baik itu agar terlihat hebat diantara teman-temannya, atau perhatian dari orang tua dan gurunya.

Sayangnya, cara-cara untuk bisa mendapatkan perhatian ini sering kali salah, dan justru menjadi bumerang bagi diri sendiri. Anak pada dasarnya belum bisa dengan baik membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mereka melakukan hal tersebut demi untuk mendapatkan tujuan utamanya saja.

Depresi

Depresi (Freepik)

Anak broken home sangat rentan mengalami depresi. Depresi sendiri adalah salah satu gangguan mental yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam, sampai kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari. Depresi sangat mungkin terjadi pada orang yang diselimuti dengan perasaan-perasaan negatif. Sedangkan anak broken home cukup sering terselimuti dengan perasaan-perasaan negatif tersebut.

Anak akan merasa sedih melihat pertengkaran dan perpisahan kedua orang tuanya. Ditambah lagi jika anak menjadi korban kekerasan dalam pertengkaran tersebut. Rasa cemas dan takut akan apa yang terjadi dikemudian hari juga kerap kali menghantui mereka.

Selain itu, dampak dari perpisahan orang tua juga terkadang mengharuskan anak pindah ke lingkungan yang baru. Baik itu pindah tempat tinggal, atau pindah sekolah. Perpindahan anak ini akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis anak. Pasalnya anak harus beradaptasi lagi agar bisa diterima di lingkungan yang baru, dan tidak semua anak bisa melakukan hal itu dengan baik. Tidak jarang kondisi semacam itu juga memicu depresi bagi anak.

Itu dia beberapa masalah kesehatan mental yang bisa dialami oleh anak-anak korban broken home. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca juga : Waspada Dampak dan Cara Mengatasi Sifat People Pleaser

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.