Deeptalk.co.id – Banyaknya masalah yang ditemui di dunia pernikahan tidak jarang membuat pasangan mengambil langkah yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Misalnya dengan melakukan perceraian. Kondisi ini memang bisa menjadi opsi terbaik, namun tidak bisa dipungkiri bahwa anak sering kali menjadi korban dalam kasus perceraian.

Jika bisa memilih, tidak ada satupun anak yang ingin lahir di keluarga broken home. Broken home sendiri merupakan istilah untuk menggambarkan keluarga dengan kedua orang tua yang berpisah, atau selalu dalam dalam kondisi yang tidak harmonis.

Cukup banyak dampak yang dirasakan anak jika hidup dengan keluarga broken home. Bahkan dampak tersebut banyak diantaranya dirasakan saat anak memasuki usia dewasa. Untuk itu, artikel kali ini akan secara khusus membahas mengenai dampak broken home yang dirasakan anak saat dewasa.

Sebelum kita masuk pada topik pembahasan utamanya, perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi dan tidak untuk dijadikan patokan self diagnosis. Jika kamu atau orang sekitar mengalami beberapa kondisi seperti yang dipaparkan dalam artikel ini, jangan ragu untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater. Dengan begitu kamu akan mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Perlu diketahui bahwa perpisahan orang tua termasuk dalam pengalaman traumatis. Seperti yang kita ketahui, pengalaman traumatis sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kehidupan dan kesehatan mental seseorang. Maka dari itu, tidak heran jika anak broken home mengalami beberapa dampak akibat perpisahan orang tuanya.

Berikut beberapa dampak broken home yang dirasakan anak saat dewasa:

Gangguan Perilaku

Gangguan Perilaku (Freepik)

Orang tua akan menjadi tempat berlindung utama bagi anak-anaknya. Namun anak broken home cenderung tidak mendapatkan hal tersebut. Bahkan beberapa anak broken home akan sering menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya. Hal semacam ini bisa memberikan dampak negatif bagi anak.

Seiring dengan bertambahnya usia, anak bisa tumbuh menjadi sosok dengan suasana hati yang tidak stabil. Artinya, anak akan mudah mengalami mood swing saat sudah dewasa. Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan mempengaruhi perilaku anak. Kondisi itu bisa berdampak pada beberapa gangguan mental seperti gangguan kepribadian antisosial, atau gangguan narsistik. Dimana gangguan-gangguan semacam itu biasa akan muncul saat usia dewasa.

Selain itu, mood swing juga membuat anak mudah marah dan cenderung agresif. Dari situlah perilaku-perilaku yang tidak pantas bisa dilakukan. Misalnya melakukan kekerasan atau kerusakan pada benda, bahkan manusia sekalipun.

Baca juga : Waspada Dampak dan Cara Mengatasi Sifat People Pleaser

Takut Untuk Menjalin Hubungan

Melihat kedua orang tua yang tidak pernah akur, bahkan melakukan perpisahan, tentu merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Pada masa kanak-kanak beberapa orang dewasa mengabaikan perasaan dan pendapat sang anak. Namun secara tidak kita sadari, anak sudah mulai menyerap banyak sekali informasi. Dimana informasi-informasi tersebut akan sangat mempengaruhi dirinya di masa yang akan datang.

Anak broken home yang telah dewasa cenderung memiliki rasa takut untuk menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis. Terutama untuk hubungan serius seperti pernikahan. Bayangan akan pertengkaran dan perpisahan orang tuanya menjadi sumber ketakutan tersendiri. Mereka tidak ingin mengulang situasi yang sama. Walaupun sebenarnya mereka berpotensi untuk tidak mengalami hal tersebut.

Hal semacam inilah yang membuat beberapa anak broken home memilih untuk hidup melajang selama sisa hidupnya. Beberapa dari mereka mungkin tetap menjalin hubungan dengan lawan jenis, namun tidak untuk serius sampai ke jenjang pernikahan. Meski demikian, tentu tidak semua anak broken home memilih jalan yang sama.

Merasa Tidak Layak Dicintai

Merasa Tidak Layak Dicintai (Freepik)

Anak broken home pada umumnya merasa tidak layak untuk dicintai. Mereka terbiasa tumbuh dengan pertengkaran dan situasi rumah yang tidak kondusif. Beberapa orang tua terlalu fokus dengan masalah mereka, sampai mengabaikan anak-anaknya.

Kurangnya kasih sayang yang didapatkan sejak masa kanak-kanak, membuat anak broken home merasa tidak layak untuk dicintai. Hal inilah yang juga membuat mereka merasa sia-sia untuk menjalin hubungan serius sampai ke jenjang pernikahan.

Haus Akan Kasih Sayang

Walaupun beberapa anak broken home merasa tidak layak untuk dicintai, namun terdapat beberapa diantara mereka yang justru haus akan kasih sayang. Mereka merasa ingin terus dicintai karena memang tidak pernah mendapatkannya saat masa kecil.

Hal inilah yang membuat beberapa anak broken home sibuk mencari perhatian dan cinta dari orang-orang disekitarnya. Bahkan terkadang perbuatan mereka berada diluar batas kewajaran. Mereka bahkan rela melakukan apapun untuk bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang-orang disekitarnya. Pada akhirnya, mereka bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Itu dia beberapa dampak broken home yang bisa dialami pada usia dewasa. Untuk mengantisipasi hal tersebut, jangan ragu membawa anak ke psikolog atau klinik tumbuh kembang jika anak menjadi korban broken home.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca juga : People Pleaser : Seseorang yang Selalu Berusaha Menyenangkan Orang Lain

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.