Deeptalk.co.id – Tantrum pada anak merupakan suatu bentuk ungkapan emosi yang seringkali membuat orang tua merasa kewalahan. Untuk memahami dan mengatasi tantangan ini, perlu dicermati bahwa seringkali terdapat kebiasaan buruk yang dapat menjadi pemicu tantrum pada anak. Kebiasaan-kebiasaan ini, yang mungkin terlihat sepele namun memiliki dampak besar, dapat memengaruhi respons emosional anak dan menciptakan lingkungan di mana tantrum lebih mungkin terjadi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa kebiasaan buruk yang perlu diperhatikan dan bagaimana pengelolaannya dapat membantu mengurangi frekuensi serta intensitas tantrum pada anak. Dengan memahami akar masalah ini, orang tua dapat memainkan peran yang lebih efektif dalam membimbing anak melalui pengalaman emosional mereka.

Berikut adalah beberapa kebiasaan buruk yang dapat mendorong anak menjadi sering tantrum yang sebaiknya Anda hindari dan mulai dihilangkan, yakni:

1) Reaksi Impulsif Atas Apa Pun yang Dialami

Dalam banyak kesempatan, orang tua menjadi frustrasi setelah memberi tahu anak-anak mereka untuk tidak melakukan sesuatu dan tidak sedetik pun berlalu sebelum mereka melakukan hal yang sama seperti yang kita minta untuk tidak mereka lakukan. Namun kenyataannya, anak-anak tidak selalu bisa mengendalikan dorongan hatinya untuk melanggar aturan. Kebiasaan ini bisa membuat anak menjadi terbiasa untuk tantrum.

Pengendalian diri adalah keterampilan yang belum sepenuhnya berkembang hingga masa remaja, sehingga proses belajar mengatur impuls mungkin akan memakan waktu lama dan lambat. Tetap tenang adalah kunci untuk mampu menghadapi situasi seperti ini, karena hal ini terutama akan memberi Anda waktu untuk berpikir dan memberikan respon yang paling bermanfaat bagi anak, juga dengan mempertimbangkan niat Anda sebagai orang tua.

Baca juga : Memahami Tantrum yang Sering Dialami Oleh Anak

2) Stimulasi yang Berlebihan

Adalah baik untuk menjaga anak-anak kita tetap aktif dengan mendorong mereka untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang membantu mereka berkembang. Namun, jika kita membebani hari-hari mereka dengan tugas, kita sebenarnya mendorong stimulasi berlebihan dan ini bisa mendorong anak memiliki kebiasaan tantrum. Stimulasi berlebihan ini biasanya terjadi ketika anak-anak mengalami aktivitas fisik yang berlebihan, pengalaman intens yang terus-menerus, suara keras, dan lain-lain.

Kesamaan dari semua hal ini adalah bahwa hal tersebut membebani anak-anak dan benar-benar dapat membuat mereka merasa lelah. Hal ini akan tercermin pada suasana hatinya dan juga dapat membuat mereka menjadi hiperaktif. Reaksi terhadap stimulasi berlebihan ini mungkin berbeda-beda tergantung usia anak.

Beberapa contoh perilaku semacam ini adalah, kemurungan, kelelahan, memalingkan wajah, mengepalkan tangan, menendang, menangis tanpa kemampuan menjelaskan emosinya, amukan di lantai, atau penolakan untuk melakukan aktivitas lain. Sedangkan pada anak-anak yang bersekolah di sekolah dasar, mereka menjadi penuh kecanggungan, mencari perhatian lebih, lebih banyak permintaan bantuan daripada biasanya di sekolah atau saat mengerjakan tugas rumah. Oleh karena itu disarankan untuk menyeimbangkan aktivitas dengan momen tenang agar anak merasa aman dan tenang.

3) Tidak Tahu Cara Membaca Emosi Anak Dalam Kondisi Khusus

Terkadang, sebagai orang dewasa, Anda mungkin mengalami perubahan suasana hati, misalnya saat Anda lelah, saat Anda kurang tidur malam, saat Anda stres, atau sekadar saat Anda lapar. Hal yang sama terjadi pada anak-anak, tetapi perbedaan utamanya adalah kemampuan mereka dalam mengendalikan emosi dalam situasi khusus ini jauh lebih rendah dibandingkan orang dewasa.

Oleh karena itu, dengan mengamati perubahan suasana hati tersebut kita dapat bertindak lebih efektif. Ini karena anak tidak selalu tahu bagaimana mengkomunikasikan apa yang terjadi pada dirinya sehingga mereka menjadi memiliki kebiasaan tantrum.

Ada beberapa cara untuk mendekati mereka agar mereka percaya diri untuk menceritakan apa yang mereka rasakan atau alami sepanjang hari. Sebaiknya Anda memulainya dengan selalu memastikan mereka berada di lingkungan yang tenang sehingga Anda bisa bertanya langsung kepada mereka.

Memahami apa yang terjadi pada anak juga penting. Untuk melakukan itu, Anda dapat membagikan anekdot Anda yang berhubungan dengan situasi yang sama, yang memungkinkan Anda menciptakan hubungan emosional dan empati.

4) Tidak Membiarkan Anak Mengungkapkan Kebiasaan Negatifnya

Anak-anak mengalami perasaan yang sama seperti orang dewasa, hanya saja, tidak seperti kita, mereka tidak dapat menyembunyikan atau menekannya. Hal ini juga terkait dengan anak yang belum selesai mengembangkan keterampilan pengendalian diri sehingga mereka menjadi kebiasaan untuk menjadi tantrum.

Selain itu, mereka tidak selalu tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Itulah mengapa sangat penting untuk mencoba dan membantu mereka menemukan kata-kata yang tepat untuk membicarakannya.

Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menanyakan secara langsung apa yang terjadi, serta memberi mereka ruang. Anda juga dapat menggunakan serial atau film yang mereka sukai untuk menerjemahkan apa yang mereka rasakan menjadi kenyataan.

5) Mengekang dan Tidak Memahami Kebutuhan Anak

Seringkali, sebagai orang tua, Anda merasa frustrasi karena sebagai orang dewasa sulit memahami mengapa anak-anak tidak bisa bersantai sejenak. Dan tidak peduli seberapa sering Anda menyuruh anak untuk diam, dia tidak akan melakukannya.

Sama seperti kebanyakan orang dewasa, anak-anak sebenarnya suka menjadi mandiri dan merasa bahwa mereka mempunyai hak untuk berpendapat atau bahwa mereka dapat mengambil keputusan sendiri. Anda mungkin pernah memperhatikan sebelumnya bahwa mereka cenderung memiliki kebiasaan tantrum sebagai cara mereka memberontak terhadap orang tuanya ketika mereka mencoba membantu mereka melakukan sesuatu.

Bagi orang tua, hal ini sering kali dianggap aneh dan mereka sulit memahami mengapa anak bereaksi seperti itu. Namun, jika anak ingin merapikan tempat tidurnya sendiri, lebih baik biarkan saja. Bagaimanapun, ini adalah cara terbaik untuk memberi tahu mereka bahwa mereka akan mampu melaksanakan rencana mereka dan dengan demikian membuat mereka merasa lebih mandiri.

6) Mengganggu Keinginan Anak Untuk Bermain

Anak-anak dapat memiliki banyak energi yang akibatnya banyak dorongan untuk bermain. Jika anak Anda seperti ini, ingatlah bahwa bermain adalah bagian mendasar dari pertumbuhannya karena permainan sebenarnya membantu mereka mengembangkan berbagai keterampilan dan mempelajari hal-hal baru.

Namun, terkadang orang dewasa tidak mampu memahami ajakan anak untuk bermain atau mereka salah mengartikannya sebagai perilaku buruk, padahal mereka hanya ingin berbagi emosi dan berkomunikasi dengan orang lain. Itulah mengapa sebaiknya menerima tawaran bermain ini, meskipun itu mengganggu aktivitas sehari-hari.

7) Penularan Emosi

Anak-anak ibarat spons, dan dengan demikian, mereka bereaksi terhadap sikap, emosi, dan pola pikir yang dimiliki orang tua atau teladan lain di sekitar mereka. Artinya, jika orang dewasa terus-menerus stres, kemungkinan besar anak-anak mereka juga akan menunjukkan suasana hati yang sama.

Reaksi mereka dapat dijelaskan dengan fenomena yang disebut penularan emosi, yang menurut ilmu saraf, merupakan efek imitasi yang lebih dari sekadar meniru gerak tubuh, tetapi juga menyebarkan emosi seolah-olah itu adalah getaran yang melayang di dalam ruangan. Inilah sebabnya mengapa penting untuk menjaga lingkungan yang tenang agar anak dapat menyerap emosi positif.

Baca juga : Mengatasi Tantrum dengan Mengajarkan Anak Keterampilan Emosional

8) Menetapkan Batasan yang Tidak Efektif

Kesenjangan batasan selalu menjadi faktor yang membingungkan anak-anak, karena mereka tidak mengerti mengapa suatu hari mereka dihadiahi permen tanpa alasan yang jelas dan keesokan harinya tidak, padahal mereka telah melakukan tindakan yang sama.

Sangat penting untuk tetap berpegang pada aturan yang Anda terapkan pada anak, baik itu untuk memberi penghargaan atau menetapkan batasan. Hal ini karena anak-anak dapat menjadi frustrasi karena tidak adanya peraturan yang jelas dan hal ini dapat menjadi bumerang dengan cepat sehingga mereka menjadi memiliki kebiasaan tantrum.

Kebanyakan anak begitu penuh energi sehingga mereka merasakan kebutuhan mendesak untuk bergerak. Oleh karena itu, daripada mencoba memperbaikinya, lebih baik membantu mereka menyalurkan energi tersebut ke sesuatu yang dapat menyeimbangkannya. Misalnya, Anda bisa pergi bermain di taman, bersepeda, bermain sepak bola, atau olahraga lain yang mengharuskan mereka bergerak, dan sebagainya.

 

 

 

 

 

Sumber :

https://brightside.me/articles/10-things-parents-do-that-cause-their-children-throw-more-tantrums-802354/

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.