Deeptalk.co.id – Masa kanak-kanak menjadi masa pertumbuhan dan perkembangan bagi mereka dalam memahami emosi yang dimilikinya. Sehingga mengendalikan emosi masih menjadi pembelajaran bagi anak dan ini terkadang menjadi momen yang menantang hingga anak merasa terbebani. Termasuk ketika tantrum yang merupakan cara anak meluapkan rasa marah, kesal dan frustasinya, yang mungkin oleh orang tua adalah hal yang sangat mengganggu sehingga perlu strategi untuk mengatasi nya.

Dengan bimbingan dan latihan dari orang tua, mereka akan mampu untuk belajar mengendalikan emosi. Yang pada gilirannya hal ini dapat meminimalkan ledakan amarah dan menjadi salah satu strategi untuk mengatasi tantrum pada anak. Berikut ini adalah empat langkah dalam membantu anak untuk dapat memiliki keterampilan emosional yang membantu dalam mengatasi tantrum, yakni:

1. Kenali Akar Emosi

Adakalanya emosi anak-anak akan nampak sangat menyenangkan, namun kemudian di lain waktu, emosi tersebut berubah menjadi suram dan menghambat pemikiran mereka. Ketika ini terjadi, anak pun menjadi frustasi dengan berkata penuh amarah hingga melakukan hal-hal yang memperburuk keadaan. Ledakan emosi, kehancuran, dan amarah bisa menjadi pola dan tidak terkendali jika pengendalian emosi tidak diajarkan.

Oleh karena itu, langkah pertama dalam mengajarkan keterampilan emosional demi mengatasi tantrum pada anak ini ialah dengan membantunya mengenali sumber emosi serta memberikan nama emosi tersebut. Apakah ini rasa sedih karena perlakuan teman di sekolah? Atau takut dengan teman-teman baru di sekolah? dan lain sebagainya.

Baca juga : Memahami Tantrum yang Sering Dialami Oleh Anak

Perlu diketahui juga bahwa terdapat tingkat keparahan dari perasaan-perasaan tersebut. Sehingga akan sangat membantu jika Anda sebagai orang tua untuk mengajari anak menggunakan kata-kata yang menyampaikan dengan tepat apa yang sedang mereka alami dan rasakan.

Berikut tiga kategori perasaan negatif dengan istilah untuk membantu menggambarkan intensitasnya dari yang paling rendah hingga yang paling besar:

Sedih: kecewa, putus asa, terpuruk, sedih, tertekan

Cemas: malu, khawatir, gugup, kewalahan, takut

Gila: kesal, frustrasi, marah, marah, geram

Bagikan kategori ini dengan anak-anak Anda. Anda dapat menggunakan kata deskriptif lain atau menyusun kata-kata tersebut dalam urutan yang sedikit berbeda, apa pun yang sesuai dengan keluarga Anda. Hal yang penting adalah membantu anak-anak Anda belajar menyadari perasaan mereka, mengembangkan kosakata untuk mengomunikasikan perasaan tersebut dengan cara yang jelas dan akurat.

Dorong anak Anda untuk menggunakan kata-kata spesifik untuk mengungkapkan perasaan mereka dan mendeskripsikan serta mendefinisikan dengan jelas situasi yang membuat mereka tertekan. Mengidentifikasi apa yang menyebabkan gejolak emosi adalah langkah pertama untuk membantu mereka memiliki respons yang sehat terhadap emosi tersebut.

2. Mengalihkannya Ke Respon Positif

Begitu anak sudah menyadari perasaannya dan dapat menyebutkan namanya, mereka pun memiliki kekuatan untuk menggerakkan perasaan tersebut ke arah yang sehat. Perasaan yang kuat tidak harus menghasilkan kata-kata dan tindakan yang tidak sehat atau tidak produktif, seperti amarah atau kehancuran yang mungkin disesali oleh anak-anak di kemudian hari. Memiliki alternatif untuk merespons perasaan yang kuat tersebut dapat membantu anak untuk mengendalikan emosinya dengan lebih baik sehingga dapat membantu anak mengatasi tantrum nya.

Mengatasi tantrum dengan mengalihkan respon akan perasaan anak dapat dilakukan dengan mengajaknya berbicara secara baik-baik. Ajak anak untuk berbaring lalu memejamkan mata atau beristirahat di tempat yang tenang untuk menenangkan diri mereka. Anak juga bisa diperkenalkan dengan aktivitas yang santai, seperti mewarnai, membaca, membuat lego, atau bermain dengan hewan peliharaan.

Tujuan dari strategi ini ialah untuk menghentikan luapan emosi dengan mengubah lokasi atau berfokus pada aktivitas positif atau bahkan nertral. Jika anak belum siap untuk membicarakan perasaannya dengan orang lain secara produktif, setidaknya mereka bisa berusaha untuk menenangkan diri. Terkadang, menarik napas dalam-dalam dan perlahan saja sudah cukup untuk mencegah respons negatif. Setelah emosinya mereda, mereka dapat mengambil langkah berikutnya.

Baca juga : Efek Tak Terduga Pelukan Bagi Perkembangan Emosi Anak

3. Pikirkan Kembali Skenario Sulit

Emosi bukan hanya hasil dari suatu situasi, melainkan juga bagaimana anak memandang situasi yang terjadi tersebut. Otak merupakan mesin pemroses berkecepatan tinggi, sehingga ada kemungkinan pikiran yang tidak akurat atau tidak lengkap luput dari perhatian anak-anak dan bisa berdampak negatif pada emosi mereka. Persepsi yang salah jarang menimbulkan emosi positif.

Oleh karena itu, bantu anak-anak untuk memikirkan hal-hal yang lebih benar. Pada mulanya, mereka akan memerlukan bantuan untuk belajar memikirkan kembali, namun pada akhirnya mereka dapat belajar melakukannya dengan lebih mandiri. Lalu setelah anak sudah tenang, bimbing mereka untuk memikirkan kembali situasi yang membuatnya stres.

4. Identifikasi Pikiran

Mengidentifikasi pikiran yakni dengan meminta anak menyatakan dengan tepat apa yang mereka pikirkan dan bagaimana mereka memandang suatu situasi. Anak mungkin berpikir bahwa dirinya sangat buruk di antara teman-teman lainnya, merasa dirinya jelek, tidak mampu melakukan suatu hal, dan beragam pemikiran negatif lainnya. Oleh karena itu, bantu anak untuk mengidentifikasi pemikiran-pemikiran tersebut dan nyatakan dengan lantang daripada menyalurkannya melalui kemarahan yang menghancurkan.

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.