Deeptalk.co.id – Kemampuan motorik merupakan salah satu fokus orang tua dalam proses perkembangan anak. Kemampuan motorik sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk menggerakan tubuhnya.

Kemampuan motorik terbagi dalam dua golongan utama, yaitu motorik kasar, dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan manusia yang melibatkan otot besar, misalnya berlari, melompat, berjalan, dan lain sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan manusia yang melibatkan otot kecil, misalnya memegang pensil, melipat, menggunting, dan lain sebagainya.

Kemampuan motorik pada dasarnya merupakan kemampuan dasar yang bisa berkembang dengan adanya stimulus yang diberikan. Namun tahukah kamu bahwa beberapa orang mengalami masalah dengan kemampuan motorik mereka. Artinya, seseorang mengalami ketidakmampuan atau kesulitan dalam kemampuan motoriknya. Kondisi tersebut merupakan salah satu klasifikasi dalam gangguan belajar yang bernama dispraksia.

Dispraksia memang tidak termasuk dalam kategori gangguan mental. Meski demikian, kondisi ini bisa memicu berbagai masalah kesehatan mental, misalnya emosi yang tidak stabil, perilaku menyimpang, dan lain sebagainya. Selain itu, dispraksia juga merupakan kondisi yang belum bisa dipulihkan sepenuhnya. Dengan demikian, penderita dispraksia akan mengalami kondisi tersebut selama sisa hidupnya. Namun, penderita dispraksia tetap harus menjalani serangkaian penanganan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir dampak, dan membantu penderita untuk menemukan serta mengembangkan kemampuannya di bidang lain.

Penderita dispraksia memang sering kali mengalami masalah dalam akademik mereka. Hal ini biasanya dipicu oleh kesulitan dalam menulis, menggambar, berolahraga, dan lain sebagainya. Meski demikian, penderita dispraksia pada dasarnya tidak memiliki masalah intelegensi. Mereka memiliki intelegensi rata-rata, bahkan beberapa ada di atas rata-rata.

Penyebab Dispraksia

Penyebab Dispraksia (Freepik)

Para ahli sepakat bahwa penyebab dispraksia adalah adanya gangguan pada sel saraf yang berfungsi untuk menyalurkan sinyal ke otot-otot anggota gerak tubuh. Dengan demikian, pergerakan yang diharapkan sering kali tidak sesuai. Namun, penyebab dari gangguan sel saraf tersebut masih belum diketahui hingga saat ini.

Meski demikian, terdapat beberapa faktor yang dipercaya dapat memicu kondisi dispraksia tersebut, yaitu:

  • Faktor genetik, yaitu seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi dispraksia.
  • Bayi yang lahir secara prematur, yaitu kelahiran bayi pada usia kandungan dibawah 37 minggu).
  • Bayi yang lahir dengan kondisi BBLR atau berat bayi lahir rendah.
  • Ibu yang sering mengkonsumsi alkohol, merokok, atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang semasa kehamilan, bisa memicu kondisi dispraksia pada anak.

Baca juga: Diskalkulia: Ketidakmampuan atau Kesulitan untuk Menghitung

Jenis-Jenis Dispraksia

Jenis-Jenis Dispraksia (Freepik)

Kondisi dispraksia sendiri terbagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan gangguan gerak fisiknya. Berikut jenis-jenis dispraksia:

  • Dispraksia ideomotor, yaitu kesulitan dalam melakukan gerakan satu tahap. Misalnya bertepuk tangan, atau melambaikan tangan.
  • Dispraksia ideational, yaitu kesulitan dalam melakukan gerakan gerakan yang terstruktur atau berurutan. Misalnya, menyikat gigi, atau membersihkan tempat tidur.
  • Dispraksia oromotor, yaitu kesulitan dalam berbicara atau mengucapkan kalimat yang berdampak pada ucapan yang tidak jelas.
  • Dispraksia constructional, yaitu kesulitan dalam memahami bentuk bangun ruang. Misalnya kesulitan menyusun balok, lego, atau sejenisnya.

Gejala Dispraksia

Gejala Dispraksia (Freepik)

Dispraksia merupakan kondisi yang bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa. Namun karena kemampuan motorik seseorang akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Maka gejala dari masing-masing jenjang juga bisa berbeda-beda. Untuk itu, berikut gejala dari dispraksia:

Gejala dispraksia pada bayi hingga usia 3 tahun

Pada bayi hingga usia 3 tahun, anak dengan dispraksia umumnya akan mengalami kesulitan dalam menggunakan alat makan, tidak bisa mengendarai sepeda, keterlambatan toilet training, tidak menyukai permainan puzzle, dan mengalami keterlambatan berbicara.

Gejala dispraksia pada usia 3 tahun ke atas

Pada usia 3 tahun ke atas, anak dengan dispraksia umumnya akan mengalami kesulitan dalam pergerakan motorik halus (menulis, menggambar, menggunting, dan lain sebagainya), kesulitan memproses informasi yang diterima, ceroboh, sulit berkonsentrasi, kesulitan dalam pergerakan motorik kasar (berlari, melompat, menangkap bola, dan lain sebagainya).

Gejala dispraksia pada remaja

Pada remaja, gejala dispraksia yang muncul umumnya akan berupa kecenderungan menghindari aktivitas olahraga, hanya bisa belajar optimal dengan metode privat, kesulitan dalam mengingat dan menerima perintah, kesulitan dalam menulis, hingga kesulitan dalam memahami matematika.

Gejala dispraksia pada dewasa

Pada orang dewasa, gejala dispraksia yang muncul umumnya berupa kesulitan dalam menggambar atau menulis, memiliki postur tubuh yang tidak ideal, sering berbicara tidak jelas, kesulitan dalam mengontrol gerak tubuh, sering tersandung, mengalami gangguan tidur, memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Itu dia penjelasan mengenai kondisi dispraksia. Perlu diketahui bahwa penderita dispraksia bisa saja menunjukan gejala dan tingkat keparahan gejala yang berbeda-beda. Selain itu, gejala dispraksia juga memiliki banyak kesamaan dengan masalah kesehatan mental dan fisik lainnya. Maka dari itu, untuk memastikan diagnosa dispraksia, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut oleh orang-orang yang ahli pada bidang tersebut. Dengan demikian, kesalahan diagnosa dan penanganan bisa diminimalisir.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca juga: Disgrafia: Ketidakmampuan atau Kesulitan untuk Menulis

MEMBUTUHKAN KONSULTAN KESEHATAN MENTAL UNTUK  INDIVIDU ATAU PERUSAHAAN? KAMI PUNYA SOLUSI MENYELURUH MASALAH MENTAL HEALTH.

HUBUNGI KAMI MELALUI KONTAK DIBAWAH INI:

DeepTalk by Logos Indonesia: Biro Psikologi & Konsultan HRD

Layanan:
1. Rekrutmen & Asemen Karyawan
2. Konsultansi MSDM
3. Training & Development by @logosinstituteofficial
4. Outbound
5. Konseling Online Berbasis Android & iOS by @deeptalkindonesia
6. Klinik Konsultasi Psikologi & Tumbuh Kembang Anak by @deepgrowindonesia
7. Layanan Psikologi Pendidikan by EduQuotient
.
Hubungi kami (Bisa Langsung Klink Nomor Dibawah Ini):

📱Rekrutmen, Asemen & Konsultansi MSDM: 0811-1744-456
📱Training & Outbound : 0811-1075-456
📱Klinik Psikologi, Konseling & Tumbuh Kembang Anak: 0811-1814-456
📱EduQuotient (Psi. Pendidikan): 0811-1157-456

Email : admin@logosconsulting.co.id
.
Follow Kami:
Logos Indonesia : @logosindonesiaofficial
Logos Institute : @logosinstituteofficial
DeepTalk Indonesia : @deeptalkindonesia
DeepGrow Indonesia : @deepgrowindonesia

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.