Deeptalk.co.id – Setiap orang tentu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Hal tersebutlah yang menjadikan setiap manusia itu menjadi unik satu sama lain. Salah satu kekurangan yang seringkali orang salah artikan sebagai kebodohan adalah kondisi disgrafia.

Disgrafia sendiri merupakan salah satu gangguan belajar, khususnya ketidakmampuan atau kesulitan seseorang untuk menulis. Karena kondisi tersebut cukup mempengaruhi akademik seseorang, maka bagi guru dan orang tua yang kurang paham, seringkali menganggap anak dengan disgrafia memiliki masalah dengan intelegensi mereka. Padahal pada kenyataannya, penderita disgrafia secara umum tidak memiliki masalah dengan intelegensi mereka.

Disgrafia juga bukan termasuk gangguan mental, namun masalah pada fungsi otak yang mempengaruhi keterampilan motorik halus untuk menulis. Namun dalam beberapa kasus, penderita disgrafia mengalami berbagai masalah yang merujuk pada masalah kesehatan mental.

Penderita disgrafia mengalami kesulitan untuk mensinkronkan antara apa yang mereka pikirkan, dan apa yang akan dituangkan ke dalam tulisan. Hal inilah yang seringkali menghambat mereka untuk mengembangkan kemampuan menulisnya. Bahkan tidak jarang mereka memiliki tulisan yang tidak dapat dibaca, tidak teratur, dan tidak konsisten.

Disgrafia tidak hanya dialami oleh anak-anak, namun juga bisa dialami oleh orang dewasa. Walaupun pada umumnya, kondisi disgrafia sudah dideteksi sejak masa kanak-kanak. Pasalnya, pada masa kanak-kanaklah manusia mulai belajar dan mengembangkan kemampuan menulis mereka. Dengan demikian, kondisi disgrafia pada anak seringkali menjadi kendala besar saat anak memasuki usia sekolah. Anak seringkali dianggap malas atau ceroboh, yang mana hal tersebut bisa berdampak pada kondisi psikologisnya.

Walaupun kepedulian terhadap kondisi disgrafia makin meningkat, sayangnya hingga saat ini belum ditemukan langkah tepat untuk mengatasi kondisi tersebut. Dengan demikian, disgrafia masih menjadi kondisi yang akan dibawa seumur hidup. Meski demikian, penanganan terhadap penderita disgrafia tetap harus dilakukan. Hal tersebut penting untuk mengembangkan kemampuan penderita di bidang lain, dan menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diharapkan.

Penyebab Disgrafia

Penyebab Disgrafia (Freepik)

Walaupun para ahli sepakat bahwa kondisi disgrafia disebabkan oleh adanya masalah pada fungsi dan struktur pada otak. Namun sayangnya, hingga saat ini belum ditemukan penyebab dari masalah pada fungsi dan struktur otak tersebut. Meski demikian, kondisi disgrafia dipercaya bisa dipicu oleh beberapa faktor, misalnya:

  • Kelahiran prematur
  • Kondisi lahir dengan berat badan rendah
  • Mengalami gangguan belajar lain seperti disleksia, dispraksia, atau ADHD.
  • Mengalami cedera otak, stroke, atau demensia.
  • Faktor genetik, yaitu adanya riwayat keluarga dengan kondisi disgrafia atau gangguan belajar lainnya.

Baca juga: Disleksia: Ketidakmampuan atau Kesulitan untuk Membaca

Gejala Disgrafia

Gejala Disgrafia (Freepik)

Untuk dapat memastikan apakah seseorang benar-benar mengalami disgrafia atau tidak, tentu harus melalui serangkaian pemeriksaan oleh psikolog atau psikiater. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan kesalahan diagnosa dan penanganan. Pasalnya, penderita disgrafia bisa saja menunjukan gejala dan tingkat keparahan gejala yang berbeda-beda. Selain itu, gejala disgrafia juga memiliki kemiripan dengan beberapa masalah kesehatan lainnya.

Meski demikian, sebagai langkah awal kita bisa mengenal gejala disgrafia untuk menjadi patokan sebelum melakukan pemeriksaan. Berikut beberapa gejala disgrafia yang perlu diketahui:

  • Memiliki tulisan tangan yang buruk sehingga sulit bahkan mustahil untuk dibaca.
  • Seringkali menuliskan kata dengan ejaan yang salah.
  • Sering salah dalam penempatan huruf kapital.
  • Sering menggunakan kata-kata yang tidak tepat dalam sebuah kalimat.
  • Lambat dalam menulis.
  • Memiliki ukuran dan jarak tulisan yang tidak konsisten.
  • Seringkali membaca tulisan yang sedang ditulis dengan suara lantang.
  • Memegang pensil atau pulpen terlalu kencang.
  • Kesulitan untuk mengemukakan gagasan dalam sebuah tulisan.

Perbedaan Disleksia dan Disgrafia

Perbedaan Disleksia dan Disgrafia (Freepik)

Disleksia dan disgrafia seringkali dianggap sebagai satu kondisi yang sama. Meski demikian, keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Walaupun pada kenyataannya penderita disgrafia seringkali juga mengalami kondisi disleksia.

Disleksia sendiri ditandai dengan ketidakmampuan atau kesulitan dalam mengeja, membaca, atau berbicara dengan jelas. Sedangkan disgrafia lebih kepada kesulitan dalam menulis atau mengungkapkan sebuah kalimat dalam sebuah tulisan.

Walaupun disgrafia dan disleksia seringkali dialami bersamaan, namun tidak jarang anak dengan disleksia tidak mengalami disgrafia. Artinya, bisa saja anak mampu membaca dengan baik, namun tidak mampu menuliskannya. Atau sebaliknya, anak mampu menulis dengan baik, namun tidak mampu membacanya.

Meski demikian, baik disgrafia maupun disleksia, keduanya merupakan kondisi yang memerlukan perhatian khusus. Terlebih lagi dalam dunia pendidikan. Jika guru atau orang tua menemukan anak dengan beberapa gejala disgrafia, maka jangan ragu untuk segera membawa anak melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater.

Walaupun disgrafia merupakan kondisi yang belum bisa dipulihkan seutuhnya, namun penanganan bisa dilakukan untuk membantu anak memahami informasi dan mengembangkan kemampuan dibidang lain. Pasalnya, anak dengan disgrafia memiliki kemampuan intelegensi yang normal, bahkan beberapa diatas rata-rata.

Itu dia penjelasan singkat mengenai kondisi disgrafia. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca juga: Mengenal Klasifikasi Gangguan Belajar Pada Anak

MEMBUTUHKAN KONSULTAN KESEHATAN MENTAL UNTUK  INDIVIDU ATAU PERUSAHAAN? KAMI PUNYA SOLUSI MENYELURUH MASALAH MENTAL HEALTH.

HUBUNGI KAMI MELALUI KONTAK DIBAWAH INI:

DeepTalk by Logos Indonesia: Biro Psikologi & Konsultan HRD

Layanan:
1. Rekrutmen & Asemen Karyawan
2. Konsultansi MSDM
3. Training & Development by @logosinstituteofficial
4. Outbound
5. Konseling Online Berbasis Android & iOS by @deeptalkindonesia
6. Klinik Konsultasi Psikologi & Tumbuh Kembang Anak by @deepgrowindonesia
7. Layanan Psikologi Pendidikan by EduQuotient
.
Hubungi kami (Bisa Langsung Klink Nomor Dibawah Ini):

📱Rekrutmen, Asemen & Konsultansi MSDM: 0811-1744-456
📱Training & Outbound : 0811-1075-456
📱Klinik Psikologi, Konseling & Tumbuh Kembang Anak: 0811-1814-456
📱EduQuotient (Psi. Pendidikan): 0811-1157-456

Email : admin@logosconsulting.co.id
.
Follow Kami:
Logos Indonesia : @logosindonesiaofficial
Logos Institute : @logosinstituteofficial
DeepTalk Indonesia : @deeptalkindonesia
DeepGrow Indonesia : @deepgrowindonesia

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.