Deeptalk.co.id – Peter Pan Syndrome adalah istilah yang merujuk pada kondisi di mana seseorang, terutama dalam konteks hubungan romantis atau tanggung jawab hidup, menunjukkan perilaku dan pola pikir yang lebih mirip dengan anak-anak daripada orang dewasa. Orang dengan sindrom ini cenderung menghindari tanggung jawab, enggan berkembang, dan mempertahankan sikap kekanak-kanakan dalam berbagai aspek kehidupan.

Memahami apa itu Peter Pan Syndrome dan mengenali tanda-tandanya menjadi penting untuk membantu individu yang mungkin mengalami kondisi ini dan memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Mari kita eksplorasi lebih dalam tentang fenomena ini dan bagaimana mengidentifikasinya pada seseorang.

Apa Itu Peter Pan Syndrome?

Peter Pan Syndrome atau sindrom Peter Pan adalah istilah psikologi pop yang digunakan untuk menggambarkan orang dewasa yang belum dewasa secara sosial dan sulit untuk tumbuh dewasa. Istilah “sindrom Peter Pan” pertama kali digunakan oleh psikolog Dr. Dan Kiley dan didasarkan pada konsep tidak tumbuh dewasa dan terjebak di masa kanak-kanak. Ini adalah metafora bagi individu yang menunjukkan ketidakdewasaan sosial dan merasa sulit untuk memasuki masa dewasa.

Sindrom Peter Pan bukanlah gangguan kesehatan mental yang diakui. Penyakit ini tidak diakui sebagai diagnosis formal oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Ini adalah pola perilaku dan sikap yang dapat mempengaruhi individu dari jenis kelamin apa pun. Meskipun ini bukan diagnosis formal, penyakit ini mungkin muncul bersamaan atau berkontribusi pada gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan penggunaan narkoba, ADHD, gangguan stres pascatrauma, atau gangguan kepribadian narsistik.

Baca juga : Menghadapi Pasangan Man-Child Dalam Sebuah Hubungan

Orang dengan sindrom Peter Pan mungkin memiliki tantangan dalam menjaga hubungan orang dewasa, mengelola tanggung jawab orang dewasa, dan mengekspresikan emosi. Beberapa tanda yang umum disebutkan antara lain kesulitan dalam menjalankan tanggung jawab dan komitmen, masalah dengan pekerjaan dan kepentingan karier, sikap sombong dan egois, takut kesepian, kesulitan mengendalikan perilaku impulsif, ketergantungan pada orang lain, dan penghindaran kritik.

Sindrom ini bukanlah diagnosis klinis yang jelas, dan gejalanya mungkin mulai muncul sekitar usia 11-12 tahun, dan menjadi lebih umum saat individu memasuki masa remaja. Meskipun ini bukan diagnosis formal, para ahli telah mengidentifikasi tanda dan gejala potensial, seperti motivasi rendah, kurangnya minat dalam pekerjaan, masalah dengan komitmen, tidak dapat diandalkan, dan pola penggunaan narkoba sebagai cara untuk melepaskan diri dari perasaan sulit.

Sindrom ini sering dikaitkan dengan pola tidak dapat diandalkan, ledakan emosi ketika menghadapi situasi stres, membuat alasan dan menyalahkan orang lain ketika ada yang tidak beres, sedikit atau tidak ada minat terhadap pertumbuhan pribadi, harapan untuk diperhatikan, dan ketakutan akan evaluasi negatif. Pola perilaku yang terkait dengan sindrom Peter Pan sering kali disebabkan oleh rendahnya toleransi terhadap tekanan dan mungkin tumpang tindih dengan gangguan kepribadian narsistik. Ini karena keduanya mungkin melibatkan pola keegoisan dan kurangnya empati dalam beberapa kasus.

Meskipun penyebab pasti sindrom Peter Pan belum sepenuhnya dipahami, diperkirakan bahwa trauma masa kanak-kanak dan tekanan sosial mungkin berkontribusi terhadap perkembangannya. Juga penting untuk dicatat bahwa meskipun sindrom Peter Pan bukanlah gangguan mental, sindrom ini dapat berdampak signifikan pada hubungan dan kualitas hidup seseorang.

Ciri dan Tanda Peter Pan Syndrome

Perilaku umum yang terkait dengan sindrom Peter Pan meliputi:

  1. Ketidakdewasaan emosional: Individu dengan sindrom Peter Pan mungkin menunjukkan ketidakdewasaan emosional, merasa sulit menangani konflik dan konfrontasi, sering kali menghindari situasi seperti itu dan melarikan diri ke dalam kenyataan mereka sendiri atau bereaksi dengan ledakan emosi.
  2. Tidak dapat diandalkan dan menghindari tanggung jawab: Mereka mungkin menunjukkan pola tidak dapat diandalkan, mudah menyerah, dan suka membuat alasan, serta kurangnya minat dalam pengembangan pribadi dan takut akan evaluasi negatif.
  3. Kesulitan dalam berkomitmen: Orang dengan sindrom Peter Pan mungkin kesulitan membuat komitmen, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam kehidupan profesional, sering kali menunjukkan tingkat ambisi dan tujuan hidup yang berbeda.
  4. Harapan untuk diperhatikan: Individu dengan sindrom ini mungkin memiliki harapan untuk diperhatikan, menunjukkan kecenderungan untuk menghindari situasi tertentu karena rendahnya toleransi terhadap tekanan dan ketakutan akan perasaan negatif.
  5. Keegoisan dan impulsif: Mereka mungkin menunjukkan perilaku egois, kesombongan, dan impulsif, serta kurangnya empati dalam beberapa kasus.
  6. Kurangnya kesadaran diri: Mereka yang menderita sindrom Peter Pan mungkin tidak memiliki kapasitas untuk menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut, karena mereka telah berada dalam pola pikir ini hampir sepanjang hidup mereka dan mungkin tidak mengetahui perbedaannya.

Baca juga : Bagaimana Luka Inner Child Mempengaruhi Kehidupan Dewasa

Penting untuk diperhatikan bahwa sindrom Peter Pan bukanlah diagnosis formal, melainkan pola perilaku dan sikap yang dapat memengaruhi individu dengan jenis kelamin apa pun. Meskipun tidak diakui sebagai gangguan kesehatan mental, penyakit ini mungkin muncul bersamaan atau berkontribusi terhadap gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan penggunaan narkoba, ADHD, gangguan stres pascatrauma, atau gangguan kepribadian narsistik.

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.