Deeptalk.co.id – Kamu mungki pernah kenal dengan seseorang yang memiliki kebiasaan pura-pura sakit, atau melebih-lebihkan sakit yang mereka alami demi mendapatkan perhatian dari orang-orang disekitarnya. Sekilas memang tampak normal-normal saja, namun jika hal tersebut berlangsung berulang kali maka bisa jadi orang tersebut sedang mengalami gangguan yang dikenal dengan istilah factitious disorder.

Pada dasarnya, factitious disorder merupakan salah satu gangguan mental yang penting untuk mendapatkan perhatian khusus. Walau terdengar sederhana, namun penderita factitious disorder bisa bertindak diluar nalar kita. Misalnya, mereka bisa saja melakukan serangkaian prosedur medis hanya untuk mendapatkan kepercayaan orang lain mengenai kondisi kesehatannya.

Selain itu, factitious disorder juga termasuk tindak kebohongan yang tidak pantas untuk dilakukan. Maka dari itu, penderita factitious disorder perlu mendapatkan pemeriksaan medis untuk bisa mengetahui cara agar menghilangkan kebiasaan buruk tersebut.

Artikel kali ini akan secara khusus membahas mengenai komplikasi, diagnosis, dan juga penanganan pada penderita factitious disorder. Namun perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi, dan tidak untuk dijadikan patokan utama dalam penanganan factitious disorder. Jika kamu mengalami beberapa gejala factitious disorder, maka jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Komplikasi Factitious Disorder

Komplikasi Factitious Disorder (Freepik)

Tanpa kita sadari, kondisi factitious disorder bisa mendatangkan berbagai komplikasi bagi penderitanya. Berikut beberapa komplikasi dari factitious disorder:

Self harm

Komplikasi pertama yang mungkin dialami oleh penderita factitious disorder adalah self harm. Self harm sendiri adalah upaya untuk melukai diri sendiri. Komplikasi yang satu ini biasanya dilakukan demi meyakinkan orang lain mengenai sakit yang sebenarnya tidak mereka miliki.

Penyalahgunaan NAPZA

Komplikasi kedua yang mungkin dialami oleh penderita factitious disorder adalah penyalahgunaan NAPZA. NAPZA sendiri merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya baik zat alami maupun sintetis. Penderita factitious disorder bahkan rela mengkonsumsi obat-obatan yang tidak seharusnya mereka konsumsi demi meyakinkan orang lain. Maka dari itu mereka rentang mengalami penyalahgunaan NAPZA.

Cedera serius yang bisa berdampak pada kematian

Komplikasi ketiga yang mungkin dialami oleh penderita factitious disorder adalah cedera serius yang bisa berdampak pada kematian. Pasalnya, penderita factitious disorder rela melakukan serangkaian prosedur medis, termasuk operasi, yang pada akhirnya bisa mengakibatkan cedera serius.

Baca juga : Kenali Gejala Factitious Disorder

Diagnosis Factitious Disorder

Diagnosis Factitious Disorder (Freepik)

Penderita factitious disorder pada dasarnya merupakan pembohong ulung. Mereka tidak akan mengakui kebohongannya atau mencoba mendapatkan bantuan dari psikolog atau psikiater terkait kondisi factitious disorder. Bahkan mereka terus mencoba berbagai prosedur medis yang tidak mereka butuhkan. Maka dari itu, diagnosis terhadap kondisi factitious disorder pada dasarnya bermula dari pemeriksaan kesehatan fisik yang tidak ditemukan adanya gangguan sama sekali.

Dari pemeriksaan fisik yang tidak membuahkan hasil itu, dokter biasanya akan merujuk pasien ke poli kesehatan jiwa atau ke psikiater. Barulah diagnosis factitious disorder bisa diberikan. Pasalnya, diagnosis factitious disorder hanya bisa diberikan oleh psikiater atau psikolog.

Psikiater atau psikolog yang nantinya akan mengamati kondisi pasien dan menyesuaikan dengan gejala-gejala yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) yang merupakan buku pedoman diagnosis gangguan mental.

Penanganan Pada Penderita Factitious Disorder

Penanganan Pada Penderita Factitious Disorder (Freepik)

Dari diagnosis dan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh psikolog atau psikiater akan ditentukan penanganan apa yang tepat untuk pasien. Setiap pasien factitious disorder bisa saja menunjukan gejala dan tingkat keparahan gejala yang berbeda-beda. Maka dari itu, penanganan masing-masing pasien juga bisa jadi berbeda.

Meski demikian, secara umum pasien factitious disorder akan mendapatkan penanganan dengan mengkonsumsi obat-obatan, psikoterapi, atau kombinasi dari keduanya. Mengkonsumsi obat-obatan harus berdasarkan resep dari dokter untuk mengantisipasi overdosis atau penyalahgunaan obat. Hingga saat ini belum ada obat yang khusus untuk mengatasi factitious disorder. Obat yang diberikan lebih untuk meminimalisir gejala yang ditimbulkan. Misalnya pemberian antidepresan untuk pasien factitious disorder dengan gejala depresi dan kecemasan.

Penanganan berupa psikoterapi juga pada dasarnya cukup beragam. Jenis psikoterapi yang diberikan juga akan disesuaikan dengan gejala dan kebutuhan pasien. Jenis psikoterapi yang umum digunakan adalah terapi perilaku kognitif, dan terapi keluarga. Terapi perilaku kognitif digunakan untuk mengubah cara pikir dan perilaku kearah yang lebih positif. Sedangkan terapi keluarga digunakan untuk memberikan pemahaman kepada anggota keluarga mengenai cara menghadapi pasien tersebut.

Selain penanganan melalui obat-obatan dan psikoterapi, pasien juga perlu membiasakan pola hidup sehat. Pola hidup sehat bisa berupa mengkonsumsi makanan bergizi, pola tidur teratur, dan olahraga secara rutin. Dengan begitu, energi positif akan meningkat dan terhindar dari berbagai kemungkinan adanya gangguan mental.

Itu dia sekilas menjelaskan mengenai komplikasi, diagnosis, dan penanganan pada penderita factitious disorder. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan.

Baca juga : Factitious Disorder : Gangguan Mental yang Membuat Seseorang Pura-Pura Sakit

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.