Deeptalk.co.id – Rasanya hampir setiap orang pernah berupaya untuk pura-pura sakit. Walaupun tindakan tersebut masuk dalam kategori normal, namun jika menjadi kebiasaan makan bisa menjadi pertanda gangguan mental tertentu.

Salah satu gangguan mental yang ditandai dengan upaya pura-pura sakit, atau melebihkan-lebihkan penyakit yang diderita adalah factitious disorder. Kondisi yang satu ini biasanya dilakukan demi mendapatkan perhatian dari orang terdekat atau lingkungannya.

Sayangnya, penyebab dari kondisi factitious disorder belum diketahui hingga saat ini. Meski demikian, beberapa faktor seperti trauma masa kecil, penyakit serius pada masa kanak-kanak, gangguan kepribadian tertentu, depresi, dan lain sebagainya dipercaya bisa memicu kondisi factitious disorder.

Lalu seperti apa gejala yang ditunjukan oleh penderita factitious disorder? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kali ini kami akan memaparkan beberapa gejala yang umum dialami oleh penderita factitious disorder.

Sebelum kita masuk pada topik pembahasan utamanya, perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi, dan tidak untuk dijadikan patokan self diagnosis. Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami beberapa gejala seperti yang dipaparkan dalam artikel ini, maka segera lakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater. Dengan begitu, kamu akan mendapatkan diagnosis, serta penanganan yang tepat.

Pada dasarnya setiap penderita factitious disorder bisa saja menunjukan gejala dan tingkat keparahan gejala yang berbeda-beda. Maka dari itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk bisa memastikan kondisi tersebut. Meski demikian, untuk identifikasi awal untuk memperkuat niat melakukan konsultasi dengan para ahli, kamu bisa mengenali beberapa gejala umum pada kondisi factitious disorder berikut:

Tidak Konsisten Dalam Menjelaskan Gejala

Sebuah istilah “sepandai-pandainya tupai melompat, maka akan jatuh juga” bisa menjadi gambaran bagi penderita factitious disorder. Mereka memang pada dasarnya cukup meyakinakan dalam memalsukan kondisi kesehatannya. Sayangnya, seringkali terdapat hal-hal yang tidak konsisten dalam penjelasan gejala penyakit yang dialami.

Penderita factitious disorder memang tidak benar-benar mengalami penyakit atau gangguan yang mereka rasakan. Walaupun merasakan hal tersebut, namun tidak separah yang mereka deskripsikan. Hal inilah yang membuat mereka sering tidak konsisten dalam menjelaskan gejala yang dirasakan, karena memang mereka tidak benar-benar merasakan gejala tersebut.

Memiliki Pengetahuan Luas Mengenai Berbagai Macam Penyakit

Memiliki Pengetahuan Luas Mengenai Berbagai Macam Penyakit (Freepik)

Penderita factitious disorder juga umumnya memiliki banyak sekali pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit. Pasalnya, mereka sering kali melakukan riset terkait penyakit-penyakit tertentu untuk bisa meyakinkan orang lain terkait kondisinya.

Baca juga : Factitious Disorder : Gangguan Mental yang Membuat Seseorang Pura-Pura Sakit

Hasil Pemeriksaan Tidak Sesuai Dengan yang Dikatakan

Walaupun sudah membekali diri dengan berbagai informasi seputar penyakit yang diakuinya, namun reaksi fisik tidak bisa berbohong. Penderita factitious disorder seringkali dinyatakan negatif dari penyakit yang dituju setelah melakukan pemeriksaan secara medis. Meski demikian, mereka tetap saja mengakui penyakit tersebut ada dalam dirinya. Tentu saja hal ini demi memenuhi tujuan utamanya, yaitu untuk mendapatkan simpati dari orang lain.

Sering Melakukan Pemeriksaan Medis

Gejala berikutnya dari penderita factitious disorder adalah sering melakukan pemeriksaan secara medis. Walaupun mereka sudah dinyatakan bebas dari penyakit dari satu dokter, namun mereka tetap mencari dokter atau rumah sakit lain untuk melakukan pemeriksaan yang sama. Selain itu, mereka juga tetap meminta beberapa prosedur medis walaupun tidak disarankan oleh dokter.

Melakukan Pemeriksaan Tanpa Ditemani Oleh Keluarga atau Kerabat Terdekat

Melakukan Pemeriksaan Tanpa Ditemani Oleh Keluarga atau Kerabat Terdekat (Freepik)

Kebohongan yang dilakukan oleh penderita factitious disorder pada dasarnya sangat hati-hati. Disatu sisi mereka membutuhkan pembuktian dari pemeriksaan dokter, namun disisi lain mereka tidak ingin ketahuan jika hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan harapannya. Maka dari itu, pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh penderita factitious disorder cenderung dilakukan seorang diri.

Memiliki Kebiasaan Berbohong atau Melebih-Lebihkan Cerita

Pada dasarnya, seorang penderita factitious disorder adalah pembohong yang handal. Umumnya mereka tidak hanya berbohong mengenai penyakit yang dimiliki, namun juga melakukan kebohongan dalam bidang lainnya. Selain itu, mereka juga cukup pandai merangkai cerita agar bisa dipercaya oleh orang-orang disekitarnya.

Memiliki Banyak Bekas Luka Akibat Prosedur Medis

Seperti yang sudah diungkapkan pada poin sebelumnya, penderita factitious disorder cenderung meminta pemeriksaan medis walau tidak disarankan. Selain itu, mereka juga rela melakukan serangkaian pengobatan besar seperti operasi demi meyakinkan orang lain akan kondisinya. Dari banyaknya prosedur medis yang dilakukan tentu akan menimbulkan banyak bekas. Maka dari itu, gejala lain dari penderita factitious disorder adalah memiliki banyak bekas luka akibat menjalankan prosedur medis.

Itu dia beberapa gejala yang umum dialami oleh penderita factitious disorder. Dapat disimpulkan bahwa factitious disorder merupakan kondisi serius yang perlu mendapatkan penanganan serius. Pasalnya, mereka rela melakukan serangkaian prosedur medis yang bisa saja membahayakan hidupnya hanya demi meyakinkan orang lain tentang penyakit yang sebenarnya tidak mereka alami, atau tidak separah yang mereka deskripsikan.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang dibutuhkan.

Baca juga : Ini Dia Dampak Jika Kamu Terlalu Perfeksionis

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.