Deeptalk.co.idBroken home adalah istilah yang berikan untuk menggambarkan sebuah rumah tangga yang sedang tidak baik-baik saja. Biasanya akan berhubungan dengan kedua orang tua yang berpisah, atau sering bertengkar. Tahukah kamu bahwa anak akan menjadi korban yang tidak bersalah dalam hal ini.

Terkadang pertengkaran dan perpisahan dengan pasangan menjadi sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Tidak bisa dipungkiri bahwa terhadap sekali masalah dalam rumah tangga yang bisa memicu pertengkaran dan perpisahan tersebut. Namun sebisa mungkin, sebagai orang tua untuk tidak menjadikan anak korban dari hal tersebut.

Untuk itu, pada artikel kali ini kami akan memberikan beberapa tips untuk mencegah dampak broken home pada anak. Hal ini sangat penting untuk menghindarkan anak dari berbagai kemungkinan akibat broken home.

Sebelum kita masuk pada topik pembahasan utamanya, perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut perihal masalah broken home pada anak, maka segera lakukan konsultasi atau diskusi lebih lanjut dengan orang-orang yang ahli pada bidang tersebut. Misalnya pada psikolog, atau mengunjungi klinik tumbuh kembang anak.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak broken home pada anak:

Hindari Pertengkaran atau Adu Argumen di Depan Anak

Hindari Pertengkaran atau Adu Argumen di Depan Anak (Freepik)

Sering kali orang dewasa terutama orang tua, menganggap anak tidak tahu apa-apa. Meski demikian, bukan berarti anak tidak bisa merekam segala informasi yang ada di depannya. Justru anak memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menerima informasi. Anak bisa belajar lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa. Maka dari itu, sangat tidak dianjurkan untuk memperlihatkan hal-hal negatif terhadap anak. Salah satunya pertengkaran atau adu argumen dari kedua orang tuanya.

Pertengkaran kedua orang tua akan menjadi pengalaman traumatis bagi anak. Maka tidak heran jika hal tersebut dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak. Bertindaklah sebagaimana mestinya jika kamu berada di depan anak, walau sebenarnya luapan emosi tersebut sangat susah untuk dipendam.

Jika perceraian merupakan langkah yang harus dilakukan, maka sebisa mungkin berpisahlah dengan baik-baik di hadapan anak. Sebagai orang dewasa, orang tua harus paham bahwa anak memerlukan perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan orang dewasa. Lagi pula sangat tidak adil jika anak menjadi korban dalam hal ini.

Jangan Merubah Rutinitas Anak

Perpisahan kedua orang tua sering kali membuat rutinitas anak juga ikut berubah. Walaupun hal tersebut tidak bisa dipungkiri, namun sebisa mungkin rutinitas utama jangan sampai berubah. Misalnya, jika sebelumnya keluarga memiliki rutinitas untuk jalan-jalan saat weekend, maka sebisa mungkin kedua orang tua menyempatkan waktu untuk hal tersebut.

Merubah rutinitas anak secara spontan anak membuat anak harus beradaptasi lagi. Sayangnya adaptasi bukan hal yang mudah untuk sebagian besar anak. Untuk itu, orang tua harus sebisa mungkin mengakalinya agar anak bisa beradaptasi secara perlahan.

Selain tidak merubah rutinitas anak, sebaiknya orang tua juga tidak merubah panggilan sebelumnya. Hal tersebut bisa menimbulkan kebingungan bagi anak. Misalnya, jika sebelumnya orang tua saling memanggil dengan sebutan Ibu atau Ayah, maka tetap gunakan panggilan tersebut jika di depan anak.

Baca juga : Kesehatan Mental Anak Korban Broken Home

Komunikasikan Dengan Baik Perihal Perpisahan Orang Tua

Komunikasikan Dengan Baik Perihal Perpisahan Orang Tua (Freepik)

Tentu akan timbul kebingungan bagi anak jika melihat orang tuanya tidak tinggal bersama lagi. Untuk itu, menyembunyikan perihal perpisahan bukan hal yang baik untuk dilakukan. Beri pemahaman kepada anak mengenai perpisahan kedua orang tuanya.

Namun perlu diketahui bahwa jangan sampai orang tua saling menyalahkan satu sama lain hanya karena ingin mendapatkan pembenaran di hadapan anak. Tindakan semacam itu justru bisa menimbulkan trauma kepada anak.

Selain itu, orang tua juga harus menerima respon dari anak. Jangan sampai anak tidak mengekspresikan emosi yang mereka rasakan. Biarkan mereka menyampaikan perasaan dan keluh kesahnya kepada orang tuanya.

Konsultasi Dengan Psikolog

Dalam beberapa kasus tidak semua bisa kita atasi sendiri. Untuk itu jika kamu merasa kesulitan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog perihal ini. Dengan begitu, kamu bisa memantau tumbuh kembang anak agar tidak terganggu akibat perpisahan kedua orang tuanya.

Konsultasi dengan psikolog juga akan membantu anak untuk mendapatkan pelampiasan emosi dari apa yang mereka rasakan. Anak bisa lebih berekspresi dan menemukan jati diri mereka. Baik anak maupun orang tua bisa menjadikan psikolog sebagai wadah untuk menyampaikan segala keluh kesah yang mereka rasakan.

Itu dia beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak broken home pada anak. Perlu diketahui bahwa dampak broken home tidak hanya dirasakan oleh anak, namun juga orang tua. Untuk itu, sebagai orang tua jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog perihal masalah yang kamu hadapi.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca juga : Waspada Dampak Broken Home yang Dirasakan Saat Dewasa

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.