Deeptalk.co.id – Burnout merupakan kondisi kelelahan baik secara mental, fisik maupun emosional yang terjadi secara ekstrem. Seringkali burnout dikaitkan dengan kondisi kelelahan yang terjadi hanya pada orang dewasa. Padahal anak dan remaja juga bisa mengalami burnout akibat aktivitas yang mereka jalani.
Burnout pada anak terjadi ketika anak menghadapi situasi stressful atau merasa frustasi tanpa adanya kesempatan untuk istirahat dan jeda sejenak. Juga akibat tingginya tuntutan yang diberikan pada anak, seperti pencapaian, prestasi hingga banyaknya beban tugas menjadi salah satu penyebab anak mengalami burnout.
Sebab Akibat Burnout Pada Anak
Fenomena burnout oleh para ahli diartikan sebagai rutinitas yang melelahkan yang bisa mengakibatkan seseorang mengalami kelelahan fisik dan emosional. Mengalami kejenuhan akan rutinitasnya bisa terjadi pada siapapun, termasuk pekerja, orang tua, remaja hingga anak-anak.
Anak-anak yang mengalami burnout ketika melakukan suatu aktivitas seperti belajar di sekolah akan mengalami kurangnya motivasi. Anak-anak menjadi mudah bosan hingga enggan untuk berangkat ke sekolah dengan alasan yang sulit dipahami orang dewasa.
Pada masa pandemi, tingkat pekerja yang mengalami burnout atau kelelahan hingga berujung stres menjadi tinggi. Begitupun pada anak-anak yang mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi. Aktivitas PJJ tersebut dapat memicu terjadinya burnout pada anak-anak karena mereka harus mengikutinya dari pagi hingga siang. Lalu kemudian dilanjutkan dengan tugas-tugas yang banyak.
Baca juga : Tidak Hanya Pekerja, Ibu Juga Bisa Burnout Loh!
Atau bahkan jika orang tua kemudian memaksakan anak-anaknya untuk juga mengikuti kegiatan tambahan di luar jam sekolah, seperti ektrakurikuler, kursus atau les tambahan. Kesempatan anak untuk bersantai dan memulihkan energi pun menjadi sangat terbatas hingga akhirnya membuat mereka kelelahan hingga stres.
Pada kadar yang tepat, stres dibutuhkan untuk memotivasi anak meraih tujuannya. Namun, masalah dapat muncul ketika stres yang dialami anak terlalu intense. Baik dari tuntutan dan beban kerja yang terlalu tinggi yang seolah tidak ada habisnya.
Kondisi burn out pada anak tidak dapat dianggap sepele. Karena kondisi ini dapat menurunkan minat dan motivasi anak, menurunkan performa / pencapaian mereka, bahkan memicu masalah psikologis seperti kecemasan, gangguan psikosomatis, bahkan depresi.
Gejala Burnout Pada Anak
Meskipun penyebabnya berbeda, namun gejala burnout kurang lebih sama. Gejala burnout kadang sulit dikenali pada tahap awal. Pada beberapa kasus bahkan membutuhkan waktu yang lama bagi orangtua untuk menyadari perubahan perilaku pada anak.
Mengenali gejala-gejala burn out dan mengatasinya sejak awal akan mencegah anak mengalami dampak yang lebih buruk. Oleh karenanya, berikut kami sajikan beberapa gejala burnout yang banyak terjadi pada anak :
1. Sering Merasa Lelah
Jika anak Anda sering merasa lelah, hingga mereka sulit beranjak dari tempat tidur, atau tertidur di kelas, Anda perlu waspada. Hal ini merupakan tanda kelelahan dan ada kemungkinan anak mengalami burnout.
2. Penurunan / Peningkatan Berat Badan
Burnout juga dapat diiringi dengan penurunan berat badan dan pada beberapa kasus juga dapat terjadi peningkatan berat badan. Jika Anak anda mengalami perubahan berat badan yang signifikan tanpa adanya perubahan pola makan, Anda perlu berhati-hati dan mencari tahu penyebabnya.
3. Perilaku Menyakiti Diri
Ketika anak atau remaja menampilkan perilaku menyakiti diri, ia membutuhkan pertolongan segera. Perilaku agresi dengan menyakiti diri sendiri menandakan rasa frustasi karena ia tidak lagi dapat memenuhi berbagai tuntutan lingkungan atau tuntutan yang ia letakkan pada diri sendiri.
4. Mengompol
Sama seperti perilaku menyakiti diri, anak yang kembali mengompol merupakan tanda ia membutuhkan pertolongan. Anda perlu waspada jika anak berusia lebih dari 4 tahun, dimana ia sudah mampu buang air kecil di toilet namun karena satu dan lain hal seolah ia mundur menjadi sering mengompol.
5. Penurunan Prestasi Akademis
Jika sebelumnya anak berprestasi di sekolah lalu tiba-tiba prestasinya menurun, bisa jadi ia merasa tuntutan yang diberikan kepadanya terlalu tinggi melebihi kemampuannya dan mengarah ke burnout.
6. Menarik Diri Dari Lingkungan
Sebelumnya anak Anda merupakan anak yang supel, memiliki banyak teman dan senang bergaul. Meskipun tidak dapat bertemu teman karena pandemic, ia tetap berinteraksi dengan teman-temannya secara virtual. Namun tiba-tiba ia menarik diri dari teman-teman maupun keluarganya, tidak ingin berinteraksi dalam bentuk apapun.Ia menggunakan berbagai alasan hanya untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Perilaku menarik diri bisa menjadi pertanda adanya hal lain yang lebih serius.
7. Sering Menunda Pekerjaan
Sebelumnya anak Anda merupakan anak yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya, tidak pernah ada PR yang telat dikumpulkan apalagi terlewat. Ia selalu dapat mengerjakan tugasnya tanpa perlu diingatkan. Sekarang Anda perlu mengingatkannya berkali-kali untuk mengerjakan tugas. Itupun masih banyak tugas yang terlewat. Anak mengeluhkan banyaknya tugas dan tetap tidak mengerjakannya.
8. Apatis
Anak mulai bersikap acuh tak acuh terhadap apapun. Seolah kehilangan minat dan antusiasme terhadap apa yang ia sukai sebelumnya. Jika Anda tanya kepadanya “bagaimana harimu hari ini?” ia bisa saja menjawab dengan ekspresi datar “normal”, atau “ya gitu…”. Jika sebelumnya anak masih menunjukkan sikap positif, sekarang ia lebih banyak bersikap negativistik. “Buat apa sekolah?!” , “Buat apa aku harus melakukan ini semua?!”
9. Kecemasan atau Rasa Takut
Bisa jadi anak Anda mengalami kesulitan dengan sekolahnya sudah sejak lama. Namun kali ini kecemasannya semakin meningkat. Ia bisa saja menangis setiap malam di hari sekolah, tidak bisa tidur, gelisah, bahkan sakit perut pada hari sekolah. Gejala-gejala tersebut tidak muncul pada hari libur atau akhir pekan.
10. Kesulitan Konsentrasi
Jika sebelumnya anak tidak memiliki masalah konsentrasi, kini ia lebih sulit berkonsentrasi. Jika sebelumnya anak sudah memiliki masalah konsentrasi, kini kondisinya semakin parah. Anak semakin sulit untuk berkonsentrasi, perhatiannya semakin mudah teralih pada hal lain.
11. Mudah Terpicu Emosinya
Anak Anda menjadi mudah kesal, mudah marah, mudah terpicu emosinya oleh hal sepele. Padahal sebelumnya ia tidak seperti itu.
Sumber :
(2022, February 16). Mengenali Fenomena Burnout Pada Siswa. https://cabdindikwil1.com/blog/mengenali-fenomena-burnout-pada-siswa/
F. Soegoto, A. (2021, August 21). Waspada Burnout pada Anak. Mayapada Hospital. https://mayapadahospital.com/news/waspada-burnout-pada-anak