Deeptalk.co.id – Burnout bisa dialami oleh siapa saja. Termasuk para orang tua yang memiliki tanggung jawab untuk mengasuh anaknya. Inilah yang biasa disebut dengan parental burnout. Adanya beberapa perbedaan dengan job burnout, perlu adanya penanganan yang berbeda untuk parental burnout ini.
Burnout biasanya menyerang seseorang yang selalu bekerja dengan produktif. Adanya ketidakseimbangan antara pekerjaan yang mereka hadapi dengan pemenuhan kebutuhan pribadi menjadi penyebab utama dari burnout ini.
Burnout, termasuk yang dialami para orang tua adalah akibat dari terlalu banyak stres dan tidak adanya sumber daya untuk mengatasinya. Seseorang akan mengalami burnout hanya jika terjadi ketidakseimbangan antara stres dan sumber daya tersebut.
Sebab Akibat Parental Burnout
Hampir sama seperti yang terjadi pada burnout pekerja, parental burnout juga mengalami gejala yang serupa. Dengan melewati fase pertama yakni kelelahan melalui adanya pemenuhan jarak (untuk menjauhkan diri dari anak mereka) dan kehilangan kepuasan untuk pemenuhan diri.
Akibatnya, orang tua yang mengalami burnout akan mengeluhkan adanya kontras. Yakni antara gaya parenting yang mereka rasa telah lakukan, gaya parenting yang mereka inginkan, dan gaya parenting mereka yang sebenarnya. Sehingga berujung pada perasaan tertekan, malu, dan bersalah yang tak terhindarkan.
Baca juga : Tidak Hanya Pekerja, Ibu Juga Bisa Burnout Loh!
Namun, konsekuensi burnout dalam kehidupan antara pekerja dengan orang tua sangat berbeda. Jika pekerja bisa mendapatkan waktu untuk berhenti sejenak atau liburan, orang tua tidak mendapatkannya. Mereka tidak dapat meninggalkan peran mereka untuk mengasuh anak-anak lain seperti seseorang yang kelelahan kerja dapat menemukan posisi baru.
Oleh karenanya, mereka mungkin juga bisa mengalami konsekuensi yang lebih parah daripada job burnout. Diantaranya seperti keinginan untuk melarikan diri hingga bunuh diri.
Beberapa penelitian mengungkapkan sebuah temuan bahwa tingkat burnout yang dialami orang tua di rumah mengalami peningkatan saat masa pandemi. Ketidakamanan finansial, kurangnya dukungan, dan isolasi sosial, telah ditemukan sebagai faktor risiko kelelahan orang tua sebelumnya terhadap situasi pandemi.
Parental burnout dapat menyebabkan orang tua bersikap kasar atau mengabaikan anak, bahkan ketika orang tua secara filosofis menentang perilaku tersebut. Orang tua yang menunjukkan tingkat burnout yang lebih tinggi juga menunjukkan tingkat praktik pengasuhan yang memaksa atau menghukum yang lebih tinggi pula.
Penanganan Parental Burnout
Ketika Anda merasa kelelahan secara fisik maupun emosional dalam frekuensi yang sering setiap harinya, bisa jadi Anda mengalami parental burnout. Anda mungkin merasa tidak mempunyai waktu untuk memikirkan kebutuhan pribadi, atau merasa tertekan dengan keinginan untuk menjadi orang tua yang baik.
Burnout dapat muncul dalam beberapa cara. Jadi, penting untuk mengenali ketika segala sesuatunya menjadi sulit, dan mengetahui apa yang dapat Anda lakukan untuk mengatasinya.
1. Pahami Gejala Stres dan Burnout
Stres biasanya datang sebelum terjadinya burnout. Dan burnout terjadi ketika stres menumpuk terlalu banyak. Anda akan merasa tidak berdaya dan kalah, atau kewalahan hingga kehilangan motivasi. Terkadang sulit untuk mengatasinya, tetapi Anda mungkin dapat mengidentifikasi cara untuk mengendalikan semuanya.
2. Tetapkan Batasan
Perlu diketahui bahwa tidak apa-apa untuk mengatakan tidak pada seseorang. Cari tau dimana Anda sering menekan diri sendiri atau ketika seseorang berharap terlalu banyak pada diri Anda. Fokuskan untuk kebutuhan diri sendiri dengan memprioritaskan pekerjaan yang penting untuk diri Anda.
3. Carilah Dukungan dan Berbicara Pada Orang
Penderita burnout akan merasa bahwa telah menarik diri dari lingkungan sosial, sehingga meningkatkan perasaan terisolasi. Oleh karenanya untuk menghilangkan perasaan ini, Anda bisa mencari dukungan secara praktis. Yakni bisa melalui teman, keluarga, atau orang terdekat lainnya.
Teman, keluarga atau orang terdekat Anda mungkin tidak mengetahui apa yang Anda alami. Berbicara dengan seseorang bisa menjadi bentuk dukungan yang Anda butuhkan.
Baca juga : Tips dan Cara Agar Bisa Pulih Dari Burnout
4. Sisihkan Waktu Khawatir Untuk Tenang
Jika sedang merasa cemas atau khawatir tentang sesuatu, cobalah mendedikasikan waktu tertentu dalam satu hari untuk memikirkan ketakutan tersebut. Waktu khawatir ini akan memberikan ruang untuk membiarkan pikiran fokus pada perasaan cemas. Untuk menghindari agar tidak menumpuk, catat juga isi pikiran yang sedang dicemaskan. Dengan menyisihkan waktu khusus ini, bisa membuat pikiran Anda menjadi lebih tenang.
5. Ingat Hal-Hal Positif
Saat seseorang merasa lelah, pikiran cenderung berfokus pada hal-hal negatif. Coba atasi hal ini dengan aktivitas bersyukur saat bangun tidur atau sebelum tidur, akan lebih bagus jika ditulis pada sebuah jurnal. Aktivitas ini secara tidak langsung memberikan afirmasi positif untuk diri seseorang sehingga dapat meningkatkan motivasi.
6. Meningkatkan Kualitas Tidur
Memiliki waktu tidur yang berkualitas terbukti dapat memberikan efek positif bagi kesehatan mental. Termasuk untuk menangani burnout akibat pikiran negatif yang selalu menghantui. Coba buat rutinitas waktu tidur untuk diri sendiri. Jauhi ponsel dan layar setidaknya 30 menit sebelum tidur dan hentikan konsumsi alkohol atau kopi yang berlebihan.
7. Temukan Cara Untuk Aktif Bergerak
Olahraga memicu perubahan kimiawi di otak dan perubahan suasana hati yang positif. Ikuti tutorial yoga di YouTube atau workout ringan yang bisa dilakukan dirumah. Atau bisa juga dengan berlari atau berjalan-jalan untuk keluar. Jika merasa kekurangan waktu, mulailah dari yang kecil. Lakukan sesuatu selama lima menit kemudian tingkatkan dari itu.
Sumber :