Deeptalk.co.id – Pasangan baik itu suami, istri, atau pacar, seharusnya menjadi orang yang mendukung kita dan memberikan dampak positif untuk kita. Pasalnya, pasangan biasanya akan menjadi orang pertama yang kita temui saat sedang dalam masalah maupun merasa bahagia. Untuk itu, respon pasangan sangat penting untuk membuat kita menjalani hidup dengan lebih positif.
Sayangnya, tidak semua pasangan bisa menjadi pasangan yang baik untuk kita. Beberapa orang menjadi tidak beruntung akibat memiliki pasangan yang toxic. Namun, beberapa orang bahkan tidak sadar bahwa dirinya memiliki pasangan yang toxic, sampai akhirnya mereka mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan.
Pasangan yang toxic bisa memberikan berbagai dampak negatif untuk kehidupan sehari-hari. Termasuk dalam hal kita memandang dunia, cara berperilaku, hingga mengganggu kondisi mental kita. Maka dari itu, penting bagi kita mengenali apakah pasangan kita saat ini benar-benar pasangan yang baik, atau justru merupakan pasangan yang toxic.
Artikel kali ini akan membahas mengenai jenis-jenis pasangan toxic. Sebelum kita masuk pada topik pembahasan utamanya, perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi, dan tidak untuk dijadikan patokan self diagnosis. Jika kamu merasa berada dalam hubungan yang toxic dan kesulitan untuk keluar dari hubungan tersebut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog terkait hal tersebut. Dengan begitu kamu akan dibantu untuk keluar dari hubungan tersebut, dan mendapatkan hidup yang lebih baik.
Berikut beberapa jenis pasangan toxic yang tidak bisa kamu biarkan begitu saja:
Deprecator Belittler
Jenis pasangan toxic pertama adalah deprecator belitter, yaitu pasangan yang suka meremehkan. Memiliki pasangan dengan tipe yang satu ini membuat kita kesulitan untuk maju. Mereka suka mengolok-olok segala hal yang kita miliki, termasuk pencapaian atau prestasi kita.
Pasangan dengan jenis deprecator belitter ini tidak ragu mempermalukan kita di depan umum. Maka tidak heran jika kamu memiliki image negatif di mata orang lain. Mereka juga dengan mudah memberikan label bodoh, tidak berguna, konyol, dan label-label negatif lainnya kepada dirimu. Sehingga hal tersebut membuat kamu merasa tidak berarti.
Bad Temper
Jenis pasangan toxic kedua adalah bad temper, yaitu pasangan yang memiliki temperamen buruk. Seperti namanya, pasangan dengan jenis bad temper ini memiliki emosi yang meledak-ledak. Mereka mudah marah akan hal-hal kecil, suka mengintimidasi, mengontrol, dan mudah kehilangan kesabaran.
Memiliki pasangan dengan jenis bad temper ini membuat kita sulit untuk melakukan hal-hal yang kita senangi. Terutama jika pasangan kita tidak menyukai hal tersebut. Sikap mereka yang suka mengontrol membuat kita tidak bisa memiliki lingkungan sosial yang lebih luas.
The Guilt Inducer
Jenis pasangan toxic ketiga adalah the guilt inducer, yaitu pasangan yang selalu membuatmu merasa bersalah. Pasangan dengan jenis the guilt inducer suka mendoktrin pasangannya untuk selalu merasa bersalah jika pasangannya melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai.
Jahatnya pasangan dengan jenis the guilt inducer, mereka seakan mengintimidasi kita tanpa kita sadari. Bahkan dalam banyak kasus, intimidasi yang mereka lakukan itu seakan-akan untuk menunjukan bahwa sisi buruk sebenarnya ada pada diri kita.
Baca juga: Mengenal 4 Jenis Respon Trauma
The Overreactor / Deflector
Jenis pasangan toxic keempat adalah the overreactor / deflector, yaitu pasangan yang selalu bersikap berlebihan. Sikap berlebihan tersebut seringkali membuat kita merasa bersalah. Alhasil, jika kita memiliki pasangan jenis the overreactor / deflector, kita selalu berupaya menjaga perasaan mereka terlepas dari seberapa hancurnya perasaan kita sendiri.
Pasangan dengan jenis the overreactor / deflector ini tidak perduli dengan apa yang kita rasakan. Mereka tidak peduli saat kita merasa sedih, terluka, sakit hati, kecewa, dan lain sebagainya. Mereka hanya mencari cara agar terus mencela dan menyakiti kita.
The Over Dependent Partner
Jenis pasangan toxic kelima adalah the over dependent partner, yaitu pasangan yang sepenuhnya bergantung pada kita. Memang tidak ada salahnya jika kita memiliki pasangan yang sering meminta bantuan kita. Namun tentu tidak secara penuh bergantung kepada kita.
Memiliki pasangan dengan jenis the over dependent partner ini membuat kita kelelahan secara mental dan fisik untuk menanggapi mereka. Pasangan dengan jenis the over dependent partner cenderung tidak bisa mandiri, selalu meminta pendapat, dan membuat kita harus bertanggung jawab akan hidup mereka.
The Independent Toxic Controller
Jenis pasangan toxic keenam adalah the independent toxic controller, yaitu pasangan yang suka mengatur. Tipe pasangan toxic yang satu ini cenderung lebih dominan dan suka mengatur. Namun, mereka justru tidak suka diatur, dan jarang menepati komitmen.
Memiliki pasangan tipe the independent toxic controller membuat kamu kesulitan untuk mengambil keputusan sendiri. Kamu bahkan tidak bisa membuat komitmen yang berhubungan dengan urusan pribadimu.
Itu dia beberapa jenis pasangan toxic. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Baca juga: Housewife Syndrome: Tekanan Mental Pada Ibu Rumah Tangga
MEMBUTUHKAN KONSULTAN KESEHATAN MENTAL UNTUK INDIVIDU ATAU PERUSAHAAN? KAMI PUNYA SOLUSI MENYELURUH MASALAH MENTAL HEALTH.
HUBUNGI KAMI MELALUI KONTAK DIBAWAH INI:
DeepTalk by Logos Indonesia: Biro Psikologi & Konsultan HRD
Layanan:
1. Rekrutmen & Asemen Karyawan
2. Konsultansi MSDM
3. Training & Development by @logosinstituteofficial
4. Outbound
5. Konseling Online Berbasis Android & iOS by @deeptalkindonesia
6. Klinik Konsultasi Psikologi & Tumbuh Kembang Anak by @deepgrowindonesia
7. Layanan Psikologi Pendidikan by EduQuotient
.
Hubungi kami (Bisa Langsung Klink Nomor Dibawah Ini):
Rekrutmen, Asemen & Konsultansi MSDM: 0811-1744-456
Training & Outbound : 0811-1075-456
Klinik Psikologi, Konseling & Tumbuh Kembang Anak: 0811-1814-456
EduQuotient (Psi. Pendidikan): 0811-1157-456
Email : admin@logosconsulting.co.id
.
Follow Kami:
Logos Indonesia : @logosindonesiaofficial
Logos Institute : @logosinstituteofficial
DeepTalk Indonesia : @deeptalkindonesia
DeepGrow Indonesia : @deepgrowindonesia