Deeptalk.co.id – Apakah Anda pernah merasa takut atau cemas yang berlebihan terhadap suatu objek atau situasi tertentu? Mungkin Anda mengalami fobia. Fobia adalah ketakutan yang sangat intens terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya. Mengapa seseorang bisa memiliki fobia tertentu? Apakah ada faktor yang mempengaruhinya?
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi penyebab di balik munculnya fobia dan mengapa beberapa orang lebih rentan daripada yang lain. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang memainkan peran dalam pengembangan fobia, kita dapat mengenalinya dan mencari cara untuk mengatasinya. Jadi, mari kita mulai dengan menjelajahi dunia fobia dan apa yang mendasarinya.
Tentang Gangguan Fobia
Fobia merupakan ketakutan yang ektrim terhadap suatu objek atau situasi yang menimbulkan sedikit atau tidak ada bahaya (bagi sebagian besar orang). Seseorang yang memiliki fobia bisa merasa sangat cemas jika dihadapkan pada suatu objek yang ia takuti dan akan berusaha untuk menghindarinya. Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang bisa memiliki suatu fobia tertentu.
Gangguan fobia ini berbeda dengan kecemasan singkat yang mungkin Anda rasakan saat mengalami ketakutan biasa. Ketika mengalami fobia, Anda akan memberikan respon fisik, mental dan emosional yang kuat. Mereka ini dapat memengaruhi cara Anda bertindak di tempat kerja atau sekolah, atau dalam situasi sosial.
Fobia merupakan salah satu bentuk gangguan kecemasan yang umum, termasuk memiliki fobia tentang lebih dari satu objek atau situasi. Bahkan fobia bisa juga terjadi bersamaan dengan jenis gangguan kecemasan lainnya. Apa pun fobia spesifik yang Anda miliki, Anda mungkin merasakan ketakutan, kecemasan dan kepanikan yang intens segera saat terpapar atau bahkan memikirkan apa yang membuat Anda takut berlebih.
Anda akan mengalami kecemasan yang semakin parah saat situasi atau objek semakin dekat dengan Anda secara fisik atau waktu. Sehingga Anda akan melakukan segala yang mungkin untuk menjauh dari suatu objek atau situasi atau menghadapinya dengan kecemasan atau ketakutan yang ekstrim. Ketika merasa takut ini, Anda akan mendapati tubuh Anda bereaksi, termasuk berkeringat, detak jantung cepat, dada sesak, atau kesulitan bernapas, serta merasa ingin muntah, atau pusing atau pingsan, terutama di sekitar darah atau luka.
Baca juga : Mengenal Gangguan Fobia : Penyakit Ketakutan yang Berlebihan
Alasan Seseorang Bisa Memiliki Fobia Tertentu
Sebuah teori umum mengemukakan bahwa fobia mulai “dipelajari” (pada tubuh atau otak) pada periode perkembangan kunci. Yakni pada masa awal kehidupan sehingga kebanyakan fobia pertama kali muncul di masa kanak-kanak. Pengalaman pertama fobia tersebut mungkin berasal dari pengalaman buruk, namun bisa juga ini pengecualian karena kebanyakan orang dengan fobia tidak dapat melaporkan pengalaman traumatis tertentu.
Pada teori psikodinamik yang pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, menunjukkan bahwa banyak perilaku dan ketakutan dapat dikaitkan dengan pengalaman di masa kanak-kanak. Dalam kasus yang sangat traumatis, ingatan akan peristiwa awal kehidupan ini dapat ditekan dan dapat berakhir dengan fobia di kemudian hari.
Namun kemudian pendapat tersebut dibantah oleh ahli lainnya dikarenakan tidak adanya bukti yang kuat dan persuasif untuk teori tersebut. Ini mengartikan bahwa meskipun ingatan yang ditekan dapat berperan dalam perkembangan fobia bagi sebagian orang, tidak mungkin ini menjadi kasus pada mayoritas.
Baca juga : Fobia Tidak Sekedar Rasa Takut! Kenali Dampak Psikologis Dari Gangguan Fobia
Dengan demikian seseorang memang tidak harus memiliki pengalaman negatif untuk mengembangkan fobianya. Mereka bisa memiliki fobia setelah melihat orang lain memiliki pengalaman buruk, atau diberi tahu dan diperlihatkan berulang kali bahwa ada sesuatu yang berbahaya. Layaknya orang tua yang sering memperingatkan tanda bahaya pada anaknya, atau tayangan film yang menampilkan suatu objek sebagai ancaman atau hal yang mematikan, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa tidak semua fobia dipelajari oleh tubuh atau otak. Beberapa psikolog pun telah menyarankan bahwa kekhawatiran atau ketakutan tertentu mungkin sebenarnya bawaan. Ini merupakan sebuah konsep yang disebut “akun nonasosiatif”, berdasarkan studi tahun 1998 di Jurnal Behavior Research and Therapy.
Ahli yang mendukung konsep tersebut berpendapat bahwa manusia secara genetik cenderung takut pada hal-hal tertentu sehingga pengalaman belajar negatif tidak diperlukan. Namun gagasan ini masih diperdebatkan karena orang dengan sifat tertentu lebih mungkin mengembangkan fobia. Terutama pada orang yang lebih takut dan emosional secara temperamental lebih cenderung mungkin mengembangkan fobia.
Contohnya adalah neurotisme, atau kepribadian seseorang di mana mereka mengalami dunia sebagai hal yang menyusahkan, mengancam, atau tidak aman. Ada juga contoh lain yakni penghambatan perilaku, yang menggambarkan temperamen yang bereaksi buruk terhadap situasi baru.
Selain itu, beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa fobia dan perasaa cemas yang timbul bahkan bisa terjadi dalam keluarga. Beberapa orang kemungkinan bisa memiliki fobia secara genetik. Bukti lainnya bahwa lingkungan keluarga bersama bisa menjadi kunci mengapa seseorang bisa memiliki fobia. Setidaknya gangguan kecemasan umum yang diturunkan dari genetik terdapat 30%, berdasarkan jurnal medis Dialog in Clinical Neuroscience tahun 2017.
Sumber :
Specific phobias – Symptoms and causes. (2023, June 9). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/specific-phobias/symptoms-causes/syc-20355156
Phelan, J. (2022, September 26). Why do people have phobias?. livescience.com. https://www.livescience.com/why-people-have-phobias