Deeptalk.co.id – Tidak hanya terjadi pada fisik saja, ternyata kondisi mental seseorang bisa mengalami kelelahan. Kondisi inilah yang sering disebut dengan burnout dan setiap orang bisa mengalami nya. Burnout tidak terjadi tiba-tiba begitu saja, akan tetapi ada beberapa gejala awal yang dibagi menjadi beberapa tahap.

 

Burnout ialah kondisi sebagai akibat dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola, sehingga menyebabkan kelelahan secara mental. Kondisi ini ditandai dengan tiga dimensi, yakni :

 

(1) Kelelahan, atau sering merasa kehabisan energi hanya untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi. Ketika secara fisik dan emosional sudah melampaui batas maksimal, maka energi untuk menerima hal-hal baru juga semakin menurun.

(2) Perasaan negativisme atau sinisme, dimana terjadi peningkatan jarak emosional dari suatu pekerjaan. Mereka akan mengurangi keterlibatan diri pada pekerjaan dan cenderung bersikap dingin dengan orang lain bahkan menghindar dari sosial.

(3) Rasa ketidakefektifan dan kurangnya pencapaian, erat kaitannya dengan munculnya rasa kehilangan kepercayaan diri pada kemampuannya akibat rasa lelah yang dialaminya. Hingga saat mengalami burnout, seseorang akan kehilangan motivasi untuk mengerjakan sesuatu, bahkan yang digemarinya.

 

12 tahap terjadinya burnout

12 tahap terjadinya burnout (cr : The Minds Journal)

 

Tahap Terjadinya Burnout

 

Di kehidupan sehari-hari burnout sangat mengganggu aktivitas. Selain itu, burnout tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada beberapa tahapan yang harus dilewati sehingga seseorang bisa mengalami burnout.

 

Ulrich Kraft dalam artikelnya di Scientific American pada Juni 2006 menyoroti apa yang dalam bahasa sehari-hari dapat disebut sebagai 12 Tahapan Burnout, sebagaimana diuraikan oleh psikolog Herbert Freudenberger dan Gail North.

 

Berikut ini rangkuman dari artikel tersebut yang menyebutkan 12 tahapan burnout :

 

Paksaan untuk Membuktikan Diri Sendiri

 

Orang dengan dorongan untuk membuktikan diri menunjukkan nilai mereka secara obsesif. Mereka bukan yang terbaik dalam menetapkan batasan karena mereka selalu bersedia melampaui batas, yang membuat mereka sangat rentan terhadap atasan yang menuntut yang tidak suka mendengar kata “tidak”.

 

Bekerja Terlalu Keras

 

Beberapa orang menderita ketidakmampuan untuk berhenti bekerja. Bahkan ada juga yang merasa bersalah jika ia tidak bekerja di hari istirahatnya. Misalnya, dengan menjawab email di akhir pekan, terus-menerus menghabiskan waktu yang lama atau ekstra, dan/atau keengganan untuk berlibur. Hal tersebut justru tidak membuat seseorang menjadi lebih produktif, karena produktivitas akan menurun setelah 50 jam bekerja tanpa henti.

 

Mengabaikan Kebutuhan

 

Orang yang mengalami kelelahan secara mental atau burnout secara konsisten akan mengabaikan kebutuhannya, terutama kebutuhan tubuh agar tetap sehat. Misal dalam mencapai keinginan atau cita-cita, seseorang bahkan rela untuk tidak tidur dengan waktu yang menentu, makan yang terganggu, jarang memberikan waktu untuk kebugaran dan rekreasi, hingga minimnya interaksi sosial.

 

Pemindahan Konflik

 

Pemindahan konflik yang ini dimaksudkan ialah perilaku menghindar, dimana seseorang akan mengabaikan masalah mereka dan mungkin merasa terancam, panik dan gelisah akan suatu hal.

 

Revisi Nilai

 

Menulis ulang kode moral seseorang untuk mengakomodasi ambisi kerja. Bahkan keluarga, hobi, dan teman akan dialihkan demi pekerjaan, yang menjadi satu-satunya fokus. Seolah-olah kehidupannya hanya bergantung pada pekerjaan yang dimilikinya.

 

Penolakan Munculnya Masalah

 

Orang menjadi semakin tidak toleran, sinis, dan/atau agresif, menganggap rekan kerja sebagai “bodoh, malas, menuntut, atau tidak disiplin”. Seseorang memandang masalah dalam hidup berasal dari pekerjaan, dan memandang waktu sebagai sumber daya yang sangat terbatas.

 

Penarikan Diri

 

Kehidupan sosial seseorang mulai terasa kecil atau tidak ada sama sekali. Dalam mengatasi stres, mereka justru mencari kelegaan dengan pengasingan atau isolasi diri hingga menggunakan alkohol dan obat-obatan sebagai pelarian.

 

Baca juga : Pentingnya Mempelajari dan Menerapkan Coping Mechanism yang Sehat

 

Perubahan Perilaku Aneh

 

Seseorang mengalami perubahan perilaku yang nyata yang menyangkut teman dan keluarga, hingga orang lain akan menilai seseorang menjadi aneh.

 

Depersonalisasi

 

Seseorang akan gagal melihat diri mereka sendiri atau orang lain sebagai seseorang yang berharga. Hal ini disertai dengan kegagalan untuk mengakui kebutuhan diri sendiri atau orang lain.

 

Kekosongan Batin

 

“Kekosongan Batin” adalah tanda kesepian yang ekstrem dari kelelahan yang akan datang, yang didefinisikan oleh perasaan mati rasa atau “kekosongan”, yang mungkin ingin diatasi oleh beberapa orang dengan aktivitas pesta seperti makan berlebihan, penyalahgunaan obat atau alkohol, masturbasi obsesif, atau aktivitas seksual.

 

Depresi

 

Salah satu tanda dari kelelahan yang akan datang yakni seseorang tiba-tiba merasa tersesat dan tidak yakin, kelelahan mental, memiliki pandangan dunia yang suram, dan tidak ada antusiasme untuk hidup hingga masa depan.

 

Sindrom Burnout

 

Full Burnout Syndrome sering mengakibatkan keruntuhan mental dan fisik seseorang. Pada tahap ini, perlu untuk mendapatkan bantuan medis.

 

 

Itulah dia ke-12 tahap terjadinya burnout. Tahapan ini bisa dikenali sejak dini dengan memperhatikan tanda-tanda yang lebih ringan di awal daripada mengabaikannya untuk menghindari hal yang paling parah.

 

 

 

Sumber :

https://www.scientificamerican.com/article/burned-out/

WHO Redefines Burnout As A ‘Syndrome’ Linked To Chronic Stress At Work

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.