Deeptalk.co.id – Istilah gangguan makan pica memang masih terdengar cukup asing di telinga. Meski demikian, kamu mungkin pernah menjumpai atau melihat di internet orang yang memiliki kebiasaan untuk memakan sesuatu yang tidak lazim dikonsumsi oleh orang-orang pada umumnya. Kondisi semacam itu merupakan salah satu gejala dari gangguan makan pica.
Gangguan makan pica sendiri merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan adanya nafsu makan terhadap hal-hal yang tidak seharusnya dimakan. Beberapa dari makanan tersebut memang tidak mendatangkan dampak yang begitu negatif bagi kesehatan, namun beberapa lainnya justru dapat mengakibatkan penyakit serius bagi penderitanya. Untuk itu, kondisi ini tidak seharusnya dibiarkan begitu saja.
Gangguan makan pica paling sering ditemui pada usia anak, ibu hamil, orang dengan gangguan mental, atau orang dengan gangguan perkembangan. Kondisi ini juga dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pencernaan, masalah mulut dan gigi, serta gangguan otak dan organ dalam lainnya yang diakibatkan oleh zat-zat berbahaya dari benda yang dikonsumsi.
Untuk mengenal lebih jauh mengenai kondisi gangguan makan pica, artikel ini akan secara khusus membahas mengenai gejala dan cara penanganan penderita gangguan makan pica. Namun perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi dan tidak untuk dijadikan acuan self diagnosis.
Jika pembaca menemukan beberapa kesamaan kondisi antara isi artikel dengan diri sendiri atau orang sekitar, sebaiknya segera lakukan konsultasi lebih lanjut dengan para ahli seperti Psikolog atau Psikiater untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Gejala Gangguan Makan Pica
Gejala utama yang dialami oleh orang dengan gangguan makan pica ini adalah adanya kebiasaan untuk memakan atau mengkonsumsi sesuatu yang tidak seharusnya untuk dikonsumsi. Berdasarkan DSM-V yang merupakan rujukan untuk melakukan diagnosis gangguan mental, seseorang bisa dikatakan memiliki gangguan makan pica ketikan kondisi tersebut bertahan selama lebih dari satu bulan ketika makan benda tersebut dianggap tidak sesuai perkembangan, bukan bagian dari praktik sanksi budaya, dan cukup parah untuk menjadi perhatian klinis. Berikut beberapa benda yang biasa dikonsumsi orang dengan gangguan makan pica:
Es batu
Kamu atau orang disekitar mu pasti ada yang sering makan es batu. Makan es batu dalam hal ini bukan dicampur dengan minuman untuk mendinginkan suhu minuman, melainkan benar-benar memakan es batu saja. Bisa dengan mengemutnya atau menggigitnya. Tanpa disadari tindakan tersebut merupakan gejala dari gangguan makan pica. Walau sekilas tidak membahayakan, namun dengan memakan es batu dapat meningkatkan resiko anemia defisiensi zat besi.
Baca juga : Makan Makanan yang Tidak Wajar? Waspada Gangguan Makan Pica
Rambut
Selain es batu, sesuatu yang tidak lazim untuk dimakan lainnya adalah rambut. Pada dasarnya rambut justru bukan bahan makanan atau minuman yang bisa dikonsumsi. Hal ini tentu berbeda dengan es batu yang sebelumnya sudah dibahas. Meski demikian, ada saja orang yang memiliki kebiasaan untuk memakan rambut. Kondisi ini biasa dikaitkan dengan trikotilomania atau kondisi yang membuat seseorang menarik-narik rambut yang ada di tubuhnya.
Sabun
Sama halnya dengan rambut, sabun juga merupakan sesuatu yang tidak lazim untuk dimakan. Pasalnya, zat-zat yang ada di dalam sabun memang tidak diciptakan untuk dikonsumsi. Zat-zat tersebut justru bisa mendatangkan berbagai masalah kesehatan fisik seperti diare, dan masalah pencernaan lainnya.
Selain es batu, rambut, dan sabun, masih banyak lagi jenis makanan lainnya yang dikonsumsi oleh orang dengan gangguan makan pica. Apapun itu yang pasti benda tersebut bukanlah sesuatu yang layak untuk dimakan.
Penanganan Pada Penderita Gangguan Makan Pica
Gangguan makan pica umumnya memberikan dampak negatif dari apa yang dimakan para penderitanya. Dampak negatif tersebut juga bisa mempengaruhi kesehatan seseorang. Untuk itu, jika kamu atau orang disekitar menunjukkan gejala dari gangguan makan pica, sebaiknya segera konsultasi dengan Psikolog atau Psikiater untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Psikiater umumnya akan memberikan penanganan berupa peresepan obat-obatan yang dapat meringankan gejala yang dirasakan. Sedangkan Psikiater lebih kepada pemberian terapi psikologi yang dirasa cocok untuk gejala yang ada.
Terapi psikologi yang umum digunakan untuk mengatasi penderita gangguan makan pica adalah terapi perilaku. Terapi ini bertujuan untuk mengubah perilaku yang dianggap salah menjadi sebagaimana mestinya. Dalam hal ini adalah kebiasaan untuk makan sesuatu yang tidak seharusnya.
Selain meminta bantuan dari para ahli, kita juga bisa menerapkan pola hidup sehat dengan lebih memperhatikan apa saja yang kita konsumsi. Pastikan bahwa makan dan minuman yang dikonsumsi memiliki nilai gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Selain itu, mengurangi stress dengan olahraga, meditasi, atau mengerjakan hobi juga dapat membantu kondisi ini.
Seperti itulah penjelasan seputar gejala dan penanganan pada penderita gangguan makan pica. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Baca juga : Hampir Mirip. Ini Dia Perbedaan Anoreksia dan Bulimia