Deeptalk.co.id – Strict parents adalah orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan yang keras dengan banyak aturan dalam pengasuhannya tersebut. Mereka memberikan standar dan tuntutan yang tinggi kepada anak-anaknya dan dapat bersifat berwibawa atau otoriter, tergantung pada keyakinan disiplin orang tua dan daya tanggap terhadap kebutuhan anak mereka. Beragam aturan yang ketat dalam sistem pengasuhan anak oleh strict parents tentu dapat memberikan beberapa dampak dan konsekuensi bagi perkembangan anak.

Beberapa orang tua yang memilih menjadi strict parents berperilaku tegas dengan harap agar anaknya dapat berperilaku baik. Padahal beberapa penelitian menunjukkan bahwa yang terjadi justru sebaliknya. Pola asuh seperti ini dapat menyebabkan kekerasan secara fisik dan emosional.

Meskipun memiliki batasan dan ekspektasi terhadap anak adalah hal yang sehat, aturan juga harus diimbangi dengan kehangatan dan rasa hormat terhadap anak. Anak-anak dari strict parents mungkin mengalami beberapa masalah seperti berikut ini:

1) Rendah diri

Sikap otoriter yang dimiliki strict parents memberikan dampak berupa timbulnya rasa takut hingga rendah diri pada anak. Sebuah penelitian terhadap mahasiswa menemukan bahwa mereka yang orang tuanya lebih otoriter memiliki harga diri yang rendah. Mereka memiliki lebih banyak masalah perilaku dan kurang menunjukkan inisiatif dan ketekunan dibandingkan siswa yang orangtuanya tidak terlalu ketat.

Mengasuh anak dengan tuntutan tinggi dan simpati rendah tidak akan menumbuhkan rasa empati pada anak. Ini malah menciptakan rasa takut pada anak, yang kemungkinan memicu rangkaian peristiwa yang kejam. Saat orang tua berteriak, anak pun juga akan berteriak.

2) Kejahatan

Orang tua yang ketat dan suka mengontrol cenderung membesarkan anak yang tidak sopan, nakal dan cenderung memberontak. Ironisnya, anak-anak yang orang tuanya “menetapkan hukum” tidak melihat orang tuanya sebagai figur otoritas yang sah. Kebutuhan untuk membebaskan diri dan tidak menyesuaikan diri dengan batasan non-empati yang memaksa mereka untuk bertindak.

Oleh karena itu, mereka cenderung tidak mengikuti peraturan dan lebih cenderung berpartisipasi dalam perilaku nakal. Mereka bahkan mungkin memupuk pikiran untuk meninggalkan rumah dan melarikan diri.

Baca juga : Apa Itu Strict Parent dan Ciri-Cirinya?

3) Depresi

Anak-anak dengan orang tua yang kritis terhadap mereka dan mengabaikan perasaan mereka lebih mungkin mengalami depresi dan kecemasan. Sehingga pola asuh otoriter pada strict parents sering menimbulkan dampak bagi kesehatan mental mereka dan sering kali membuat anak-anak percaya bahwa ada bagian dari diri mereka yang tidak dapat diterima. Mereka merasa orang tuanya tidak akan mengerti. Hal ini membuat mereka rentan terhadap masalah pengelolaan amarah dan depresi.

4) Bullying atau Penindasan

Anak-anak yang orangtuanya otoriter lebih besar kemungkinannya untuk ditindas dan ditindas. Mereka memiliki harga diri yang lebih rendah dan lebih mudah menjadi sasaran para penindas. Mereka lebih cenderung menjadi penindas karena mereka melihat perilaku tersebut dicontoh di rumah.

Selain itu, anak-anak yang dibesarkan oleh strict parents mulai berpikir bahwa kekuasaan selalu benar. Mereka belajar untuk taat secara membabi buta. Hal ini membuat mereka rentan terhadap tekanan teman sebaya. Mereka juga tidak pernah belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka.

5) Masalah Perilaku

Sebuah penelitian terhadap 600 anak berusia 8 hingga 10 tahun menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki orang tua otoriter memiliki masalah perilaku paling besar. Mereka menunjukkan perilaku yang lebih menantang, hiperaktif, agresi, dan perilaku antisosial. Mereka juga memiliki lebih banyak masalah emosional dan lebih sedikit menunjukkan perilaku prososial.

Pola asuh dari strict parents juga menghasilkan pembohong yang ulung. Anak-anak belajar berbohong ketika mereka dalam kesulitan. Mereka berpikir kebohongan akan menenangkan orang tua mereka dan mereka bisa bebas melakukan apa pun.

6) Masalah dengan Pengaturan Mandiri

Sebuah penelitian di University of Georgia menemukan bahwa anak-anak dengan strict parents cenderung lebih berperilaku buruk. Mereka juga kurang mampu mengatur diri sendiri dan memecahkan masalah ketika mereka sudah dewasa.

Ketika anak-anak masih kecil, orang tua mereka memiliki kemampuan lebih untuk menegakkan pedoman. Ketika anak-anak mencapai usia remaja, mereka belum belajar mengatur perilaku mereka sendiri. Mereka tidak memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah sendiri secara efektif.

Baca juga : 5 Tanda Bahwa Gaya Parenting Anda Sudah Berhasil

7) Kegemukan

Anak-anak prasekolah yang dengan strict parents memiliki kemungkinan 35% lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan teman sebayanya. Anak-anak usia sekolah yang orang tuanya otoriter memiliki kemungkinan 41% lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan anak-anak yang orang tuanya otoriter.

8) Rusaknya Hubungan Orang Tua-Anak

Pola asuh orang tua yang tegas dan otoriter pada strict parents dapat menimbulkan dampak yang buruk pada hubungan antara anak dan orang tua. Empati alami tidak dimiliki oleh strict parents. Orang tua tidak dapat memahami anak, dan anak tidak ingin berbagi kehidupan dengan orang tua.

Hal ini menciptakan kesenjangan antara orang tua dan anak. Anak-anak tidak akan pernah bisa melupakan hal ini seiring bertambahnya usia.

 

 

 

 

 

Sumber :

https://www.lybrate.com/topic/being-a-strict-parent-can-be-harmful-for-your-kids-7-reasons-prove-it/66982fefe6dd243ba59a8ce445d2599e

https://www.medicinenet.com/what_happens_when_too_strict_with_your_child/article.htm

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.