Deeptalk.co.id – Meskipun banyak yang mengasumsikan bahwa sering lupa merupakan indikasi awal demensia, beberapa ahli justru menggambarkan kondisi ini sebagai “demensia semu” atau pseudodementia. Kondisi tersebut bisa berdampak juga pada orang-orang yang lebih muda, terutama karena stres berlebihan, multitasking, dan beban kerja yang tinggi. Dengan mengetahui faktor dan penyebabnya, Anda juga bisa melakukan beberapa strategi untuk mencegah terjadinya pseudodementia.
Pada kondisi ini, depresi atau stres berlebihan bisa menyebabkan defisit kognitif yang menyamar sebagai demensia. Namun, tidak seperti demensia, pseudodementia tidak bersifat progresif dan tidak menyebabkan degenerasi otak yang sebenarnya. Mereka yang mengalami pseudodementia kerap mengalami kesulitan konsentrasi, kehilangan ingatan, menunjukkan gejala depresi atau terlalu banyak pikiran.
Kondisi pseudodementia bisa terjadi pada kalangan muda. Ini melibatkan faktor-faktor seperti stres yang berhubungan dengan karier, beban kerja yang tinggi, dan kekhawatiran mengenai status sosial sehingga memberikan tekanan pada otak. Akibatnya otak mengalami penghambatan untuk memproses informasi secara lengkap dan tidak mencapai memori permanen. Selain itu, memproses terlalu banyak informasi pada saat yang sama, dengan kata lain melakukan banyak tugas, juga bisa menyebabkan hilangnya fokus yang kemudian bisa memicu pseudodementia.
Secara mendasar, ingatan bekerja dalam tiga bagian, yakni memberi perhatian pada sesuatu, menerimanya dan kemudian menyimpannya. Setiap langkah memerlukan upaya dari otak, namun tingkat stres yang tinggi dapat berdampak negatif terhadap fungsinya.
Selain itu, beban pekerjaan yang semakin banyak dan membuat individu tertekan juga mendorong terjadinya kecemasan. Hal ini pun saling terkait, di mana ketika individu cemas, mereka tidak dapat melakukan terlalu banyak tugas. Ingatan, rentang perhatian, dan konsentrasi menjadi menurun yang memengaruhi fungsi sehari-hari.
Setelah Anda mengetahui alasan di baliknya, Anda pun dapat mengendalikannya dengan melakukan sedikit usaha. Secara sadar, Anda bisa mencoba untuk fokus atau mengambil langkah untuk mengatasi depresi sebagai cara untuk mencegah terjadinya pseudodementia dan dapat memperbaiki kondisi serta mengurangi kecemasan.
Lebih lanjut lagi, berikut ini kami sajikan beberapa strategi yang dapat Anda lakukan sebagai langkah untuk mencegah terjadinya pseudodementia akibat stres hingga depresi, di antaranya yakni:
1) Pengenalan Dini dan Pengobatan Depresi
Identifikasi dan penanganan depresi yang tepat waktu sangat penting. Dengan mengetahui sejak dini kondisi kesehatan mental Anda, ini telah membantu dalam mencegah terjadinya depresi yang bisa memicu pseudodementia. Mencari bantuan profesional dari pakar kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog, dapat menghasilkan strategi pengobatan yang efektif, termasuk terapi dan, jika perlu, pengobatan.
2) Manajemen stres
Mengembangkan teknik manajemen stres yang sehat dapat berkontribusi pada kesejahteraan mental secara keseluruhan. Ini mungkin termasuk praktik seperti perhatian, meditasi, yoga, dan metode relaksasi lainnya. Dengan manajemen stres, Anda bisa mengelola kesejahteraan mental Anda sehingga Anda bisa mencegah terjadinya pseudodementia.
3) Membangun Dukungan Sosial yang Kuat
Menumbuhkan jaringan dukungan sosial yang kuat dapat bertindak sebagai faktor pelindung terhadap pseudodementia. Hubungan sosial yang positif dapat memberikan dukungan emosional selama masa-masa sulit dan membantu menahan dampak peristiwa kehidupan yang negatif. Selain itu, dengan menjalin hubungan sosial sesering mungkin bisa meningkatkan kekuatan memori Anda yang dapat berkontribusi pada pencegahan terjadinya pseudodementia.
4) Mengatasi Faktor Psikososial
Mengidentifikasi dan mengatasi faktor psikososial seperti pelecehan (mental dan fisik), peristiwa kehidupan yang negatif, dan dukungan sosial yang buruk sangatlah penting. Intervensi mungkin melibatkan terapi, konseling, atau kelompok dukungan untuk mengatasi masalah mendasar dan meningkatkan ketahanan psikologis.
5) Menghindari Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol, dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan memperburuk gejala yang terkait dengan pseudodemensia. Mencari bantuan untuk penyalahgunaan narkoba sangat penting untuk kesejahteraan secara keseluruhan.
6) Latihan rutin
Aktivitas fisik terbukti berdampak positif pada suasana hati dan kesehatan mental. Melakukan olahraga teratur dapat membantu mengurangi gejala depresi dan berkontribusi terhadap kesehatan kognitif secara keseluruhan.
7) Pilihan Gaya Hidup Sehat
Menerapkan gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang, pola tidur teratur, dan hidrasi yang cukup, dapat berdampak positif pada kesehatan mental. Pilihan gaya hidup ini berkontribusi terhadap kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan.
8) Program edukasi
Meningkatnya kesadaran tentang kesehatan mental, depresi, dan gejala pseudodementia dapat memberdayakan individu untuk mencari pertolongan sejak dini. Program pendidikan di masyarakat dan tempat kerja dapat berperan dalam mengurangi stigma terkait masalah kesehatan mental.
9) Pemeriksaan Kesehatan Reguler
Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan fisik yang mungkin berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental. Pendekatan komprehensif terhadap kesehatan mencakup kesejahteraan fisik dan mental.
Penting untuk diperhatikan bahwa mencegah pseudodementia melibatkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan faktor psikologis dan lingkungan. Jika seseorang mengalami gejala yang menunjukkan pseudodemensia atau depresi, mencari nasihat dan intervensi medis profesional sangatlah penting. Pakar medis, termasuk dokter, psikiater, dan psikolog, dapat memberikan penilaian yang dipersonalisasi dan rencana perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik individu.
Sumber :