Deeptalk.co.id – Toxic positivity merupakan sebuah kepercayaan bahwa tidak peduli seberat atau sesulit situasinya, seseorang harus tetap menjaga pola pikir positif. Meskipun tetap bersikap positif juga optimis memiliki manfaatnya, namun toxic positivity yang malah menolak segala emosi yang sulit demi perasaan yang ceria justru memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental seseorang.

 

Memang benar apabila memiliki pandangan hidup yang positif akan memberikan kesejahteraan bagi kesehatan mental. Namun kita tidak bisa menjamin bahwa hidup kita selalu posiitif. Adakalanya kita akan mengalami kesedihan, atau segala emosi yang menyakitkan dan merasa tertekan.

 

Emosi-emosi tersebut, meskipun negatif dan menyakitkan, perlu untuk dirasakan sehingga dapat ditangani secara terbuka dan jujur. Dengan demikian kita akan mencapai suatu penerimaan dan kesehatan secara psikologis yang lebih baik.

 

Toxic positivity membawa pemikiran positive yang terlalu digeneralisasikan. Perilaku ini tidak hanya menekankan pentingnya optimisme, tetapi juga meminimalkan dan bahkan menolak jejak emosi manusia yang tidak sepenuhnya bahagia atau positive.

 

Sikap positivity yang sudah berbahaya ini hanya memperbolehkan seseorang membawa energi yang baik saja, dan membuang segala emosi negatif. Segala perasaan sedihnya tidak valid dan harus segera “dibuang”. Sehingga bukannya menyelesaikan masalah dari emosi negatifnya, seseorang justru menumpuknya kesedihan tersebut akibat tidak adanya keterbukaan untuk bisa tetap merasakan emosi tersebut.

 

Tanda Toxic Positivity (cr : Verywell Mind)

 

Contoh Kasus Toxic Positivity

 

Ada beberapa bentuk toxic positivity yang bisa terjadi di kehidupan kita. Beberapa contoh yang mungkin pernah Anda temui di kehidupan sehari-hari yakni seperti :

 

– Saat sesuatu buruk terjadi, seperti kehilangan pekerjaan, orang lain mungkin mencoba menghibur Anda dengan mengatakan “coba lihat sisi baiknya,” atau “tetap positif”. Meskipun dengan komentar tersebut mereka tidak ada maksud untuk menjatuhkan Anda, namun komentar tersebut dapat menutup apa pun yang mungkin ingin dikatakan orang lain tentang apa yang mereka alami.

 

– Setelah mengalami beberapa jenis kerugian, Anda mungkin mendapatkan beberapa komentar seperti “segala sesuatu yang terjadi pasti ada alasan dibaliknya.” Sementara mereka yang mengatakan hal tersebut merasa yakin bahwa Anda telah terhibur, ternyata pernyataan semacam itu merupakan cara untuk menghindari rasa sakit.

 

Baca juga : Memiliki Dampak Yang Berbahaya, Ini Dia Arti Toxic Productivity

 

– Saat mengungkapkan kekecewaan atau kesedihan, seseorang akan menjawab bahwa “kebahagiaan adalah sebuah pilihan”. Ini menunjukkan bahwa jika seseorang merasakan emosi negatif, itu adalah kesalahan mereka sendiri karena tidak ‘memilih’ untuk bahagia.

 

Dan beberapa pernyataan serupa lainnya yang mungkin sering kali bermaksud baik sebagai bentuk rasa simpati. Terlebih jika seseorang tidak tahu lagi harus berkata apa dan tidak tahu bagaimana caranya berempati.

 

Penting untuk diketahui bahwa toxic positivity bisa sangat berbahaya. Orang-orang yang mengalami trauma pun tidak perlu diberitahu untuk tetap positive atau merasa dihakimi karena tidak mempertahankan pandangan yang cerah.

 

Mengapa Toxic Positivity Bisa Berbahaya?

 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa toxic positivity dapat membahayakan orang yang mengalami masa-masa sulit. Alih-alih dapat berbagi emosi manusia yang tulus dan mendapatkan dukungan tanpa syarat, orang-orang yang dihadapkan pada positivity yang beracun ini malah mendapati perasaan mereka diabaikan dan langsung diremehkan.

 

Berikut beberapa bahayanya yang dapat Anda simak :

 

Memalukan

 

Menerima toxic positivity bisa menimbulkan rasa malu bagi yang menerimanya. Dengan memberi tahu bahwa emosi yang mereka rasakan tidak dapat diterima, justru akan membuat mereka menderita. Padahal emosinya sangat valid dan mereka butuh pengakuan tersebut dari orang sekitar.

 

Menyebabkan Rasa Bersalah

 

Bersikap positivity secara toksik juga dapat menimbulkan perasaan bersalah. Mengirimkan pesan bahwa jika seseorang tidak dapat menemukan cara untuk merasa positive (bahkan ketika menghadapi tragedi), maka itu artinya mereka bersalah.

 

Menghindari Emosi Asli Manusia

 

Toxic positivity secara tidak langsung menjadi ‘avoidance mechanism’. Dimana saat seseorang terlibat dalam jenis perilaku ini, memungkinkan mereka akan menghindari situasi emosional yang membuat mereka tidak nyaman. Terkadang kita mengarahkan ide yang sama pada diri kita sendiri kemudian menginternalisasikannya. Lalu saat merasakan emosi yang sulit dan tidak nyaman, kita kemudian mengabaikannya atau menyangkalnya.

 

Menghambat Pertumbuhan Pola Pikir

 

Toxic positivity memungkinkan kita untuk menghindari merasakan hal-hal yang mungkin menyakitkan. Tetapi ini menyangkal kemampuan kita untuk menghadapi perasaan menantang yang pada akhirnya dapat mengarah pada pertumbuhan dan wawasan yang lebih dalam.

 

Mantra “positive vibes only” atau yang sejenisnya dapat menjadi sangat berbahaya selama masa-masa tekanan pribadi yang intens. Akan sangat kejam ketika kita memberitahu seseorang yang menghadapi masalah sulit untuk tetap melihat sisi baiknya.

 

Pada beberapa kasus, orang bahkan menyamakan toxic positivity dengan gaslighting. Hal ini dikarenakan perilakunya yang sama yakni menciptakan narasi palsu akan realitas yang terjadi, dimana sering kali membuat seseorang mempertanyakan emosi yang tengah dirasakan.

 

Atau bahkan toxic positivity akan terlihat kasar ketika seseorang menggunakannya untuk merendahkan, mengabaikan dan meminimalkan emosi orang lain. Mereka bahkan mungkin menggunakannya sebagai cara untuk meremehkan keseriusan tindakan kasar mereka sendiri.

 

 

 

 

Sumber :

Cherry, K. (2023, February 14). What Is Toxic Positivity? Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-toxic-positivity-5093958

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.
0

No products in the cart.