Deeptalk.co.id – Beberapa diantara kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan stockholm syndrome atau kondisi dimana seseorang yang disandera memiliki ketertarikan secara emosional terhadap orang yang disanderanya. Kondisi stockholm syndrome ini sudah cukup sering menjadi pembahasan di berbagai jenis platform online maupun offline.

Namun pernahkah kamu terbayangkan, bagaimana jika seorang penyandera memiliki ketertarikan emosional terhadap orang yang disanderanya? Rupanya kondisi semacam itu juga ada, dan memiliki istilah sindrom lima. Lantas, seperti apa sebenarnya sindrom lima itu?

Untuk mengenal lebih jauh mengenai sindrom lima, artikel kali ini akan secara khusus membahas seputar kondisi tersebut. Namun sebelum kita masuk pada topik pembahasan utamanya, perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi, dan tidak untuk dijadikan patokan self diagnosis. Jika kamu atau orang terdekat mengalami beberapa kondisi seperti yang dipaparkan dalam artikel ini, segera lakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater. Dengan begitu kamu bisa mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat.

Pengertian Sindrom Lima

Pengertian Sindrom Lima (Freepik)

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bisa dikatakan bahwa sindrom lima merupakan kebalikan dari stockholm syndrome. Sindrom lima adalah kondisi psikologis dimana seorang penyandera memiliki ikatan emosional yang positif terhadap orang yang disanderanya.

Istilah sindrom lima sendiri terbilang cukup unik. Namun pada dasarnya istilah tersebut diambil dari nama suatu lokasi kasus penyanderaan pada tahun 1996, yaitu Kota Lima di Peru. Uniknya, pada kasus tersebut penyandera justru bersimpati kepada para tawanannya. Rasa simpati tersebutlah yang pada akhirnya membuat kemungkinan tawanan disakiti semakin kecil, dan bahkan meningkatkan kemungkinan tawanan dibebaskan atau melarikan diri. Dari situasi tersebutlah istilah sindrom lima lahir.

Berbeda dengan kasus penculikan atau penyanderaan pada umumnya, perlakuan penderita sindrom lima terhadap korbannya justru terbilang sangat baik. Mereka memperlakukan pada korban dengan sangat manusiawi, dan dalam beberapa kasus dengan senang hati akan melepaskan korban. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sindrom lima ini memiliki dampak baik untuk kasus-kasus penculikan dan penyanderaan.

Penyebab Sindrom Lima

Penyebab Sindrom Lima (Freepik)

Sayangnya hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab utama seseorang mengalami sindrom lima. Meski demikian, beberapa sumber nyatakan bahwa bisa saja sindrom lima bisa saja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Waktu yang membentuk ikatan emosional pelaku kepada korbannya

Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi sindrom lima bisa saja dipengaruhi oleh terbentuknya ikatan emosional selama masa penculikan. Dimana pada masa tersebut korban dan pelaku umumnya akan menghabiskan waktu bersama. Dalam beberapa waktu bisa saja ikatan emosional terbentuk secara positif, dan membuat pelaku memunculkan sifat-sifat kemanusiaannya.

Pengalaman pelaku dalam menculik atau menyandera

Selain kemungkinan pertama, sumber lainnya juga menuliskan bahwa sindrom lima bisa saja terjadi karena kurangnya pengalaman penculik dalam menjalankan aksinya. Sehingga masih ada sisi kemanusiaan yang tidak tega untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain.

Baca juga: Kenali Tanda-Tanda Hubungan Abusive dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental

Gejala Sindrom Lima

Gejala Sindrom Lima (Freepik)

Sama halnya dengan stockholm syndrome, sindrom lima juga tidak diakui sebagai salah satu bentuk gangguan mental. Pasalnya, kondisi tersebut memang tidak tercantum dalam DSM-5 yang merupakan buku pedoman diagnosa gangguan mental. Meski demikian, bukan berarti sindrom lima tidak bisa dijelaskan dalam sisi psikologis.

Dalam diagnosa sindrom lima, psikolog atau psikiater akan tetap mendeteksi segala bentuk gejala yang ditimbulkan. Umumnya psikolog atau psikiater akan memberikan diagnosa dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Misalnya dengan diagnosa gangguan stress pasca trauma (PTSD), gangguan stress akut, dan jenis gangguan lainnya yang sesuai dengan gejala yang ditunjukan.

Diagnosa pada kondisi psikologis memang hanya bisa ditegakkan oleh psikolog atau psikiater. Namun sebagai pengenalan awal, kita bisa melihat dari beberapa gejala sindrom lima berikut:

  • Timbulnya rasa simpati dan empati terhadap korban, misalnya merasa tidak tega untuk melakukan kekerasan fisik maupun mental terhadap korban.
  • Cenderung sangat memperhatikan kebutuhan dan keinginan tawanan. Bahkan dalam banyak kasus penderita sindrom lima berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tawanannya.
  • Merasa memiliki ikatan emosional yang positif terhadap orang yang ditawan atau diculiknya. Ikatan emosional ini bisa berupa perasaan sayang, cinta, ketertarikan, suka dan lain sebagainya.
  • Cenderung terlibat dalam percakapan dengan korbannya, dan berbicara dengan sangat baik kepada korban atau tawanannya.
  • Mulai merasa dekat dengan korban, dalam beberapa kasus penderita sindrom lima bahkan tidak ragu untuk menceritakan rahasia mereka dan berbagai cerita lainnya.

Itu dia sedikit penjelasan mengenai sindrom lima. Walaupun kondisi sindrom lima terdengar cukup baik. Terlebih lagi kondisi tersebut membuat korban-korban penculikan menjadi lebih ama. Namun perlu diingat bahwa ikatan emosional itu terbentuk dari dinamika yang tidak seimbang. Maka dari itu, dalam beberapa kondisi penderita sindrom lima tetap harus mendapatkan perawatan psikologis.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

Baca juga: Tips Mengatasi Kebiasaan Phubbing

MEMBUTUHKAN KONSULTAN KESEHATAN MENTAL UNTUK  INDIVIDU ATAU PERUSAHAAN? KAMI PUNYA SOLUSI MENYELURUH MASALAH MENTAL HEALTH.

HUBUNGI KAMI MELALUI KONTAK DIBAWAH INI:

DeepTalk by Logos Indonesia: Biro Psikologi & Konsultan HRD

Layanan:
1. Rekrutmen & Asemen Karyawan
2. Konsultansi MSDM
3. Training & Development by @logosinstituteofficial
4. Outbound
5. Konseling Online Berbasis Android & iOS by @deeptalkindonesia
6. Klinik Konsultasi Psikologi & Tumbuh Kembang Anak by @deepgrowindonesia
7. Layanan Psikologi Pendidikan by EduQuotient
.
Hubungi kami (Bisa Langsung Klink Nomor Dibawah Ini):

📱Rekrutmen, Asemen & Konsultansi MSDM: 0811-1744-456
📱Training & Outbound : 0811-1075-456
📱Klinik Psikologi, Konseling & Tumbuh Kembang Anak: 0811-1814-456
📱EduQuotient (Psi. Pendidikan): 0811-1157-456

Email : admin@logosconsulting.co.id
.
Follow Kami:
Logos Indonesia : @logosindonesiaofficial
Logos Institute : @logosinstituteofficial
DeepTalk Indonesia : @deeptalkindonesia
DeepGrow Indonesia : @deepgrowindonesia

Denounce with righteous indignation and dislike men who are beguiled and demoralized by the charms pleasure moment so blinded desire that they cannot foresee the pain and trouble.