Deeptalk.co.id – Melihat kesuksesan orang lain seakan membuat semangat kita ingin menjadi seperti mereka. Terlebih lagi perkembangan teknologi membuat segala keberhasilan orang dapat terpampang nyata di media sosial mereka. Sayangnya, media sosial sering kali digunakan untuk menampilkan pencapaian, tanpa menunjukan upaya untuk mencapainya.
Tahukah kamu bahwa fenomena yang terjadi di media sosial itu pada dasarnya sering dialami di dunia nyata. Khususnya untuk orang-orang yang ambisius. Kondisi semacam itu kenal dengan istilah duck syndrome. Lantas, seperti apa sebenarnya duck syndrome itu? Untuk mengenal lebih jauh mengenai kondisi duck syndrome, artikel kali ini akan secara khusus membahas mengenai hal tersebut.
Sebelum kita masuk pada topik pembahasan utamanya, perlu diketahui bahwa artikel ini dibuat sebagai bahan edukasi, dan tidak untuk dijadikan patokan self diagnosis. Jika kamu atau orang terdekat mengalami beberapa kondisi seperti yang dipaparkan dalam artikel ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Dengan begitu kamu bisa mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat.
Pengertian Duck Syndrome
Duck syndrome merupakan kondisi dimana seseorang yang pada dasarnya sedang dalam tekanan atau stress berlebih, namun tampak seakan baik-baik saja. Walaupun tampak baik di luar, namun perasaan tidak baik yang dialami penderita duck syndrome bisa saja menumpuk dan berdampak buruk untuk kesehatan mentalnya.
Istilah duck syndrome atau sindrom bebek ini diambil dari bagaimana tampak bebek saat berenang. Seperti yang kita ketahui, bebek berenang dengan posisi tubuh yang tampak sangat tenang. Namun yang tidak terlihat di dalam air, kaki bebek justru bergerak tanpa henti. Kira-kira, hal yang sama juga dialami oleh penderita duck syndrome yang tampak tenang di luar, namun menyimpan stress di dalam diri.
Duck syndrome banyak dialami oleh para pelajar, mahasiswa, dan pekerja yang baru memasuki dunia kerja. Pasalnya, pada posisi-posisi tersebut seseorang memiliki kecenderungan untuk menampilkan kelebihan yang mereka miliki. Misalnya seorang pelajar yang berusaha keras untuk masuk ke universitas ternama, namun tetap menampilkan bahwa dirinya sama sekali tidak tertekan akan hal tersebut.
Sayangnya hingga saat ini belum diketahui penyebab utama seseorang mengalami duck syndrome. Walaupun beberapa pengaruh eksternal bisa menjadi salah satu faktor resiko seseorang mengalami duck syndrome, misalnya tinggal dilingkungan yang ambisius, tuntutan akademik atau pekerjaan, media sosial, dan masih banyak lagi.
Walaupun kondisi duck syndrome ini bisa berdampak negatif untuk kondisi mental seseorang. Namun dalam banyak kondisi, penderita duck syndrome masih tetap bisa produktif dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Gen Z Rentan Mengalami Duck Syndrome
Gejala Duck Syndrome
Untuk dapat mengenali kondisi duck syndrome dalam diri seseorang mungkin akan tampak sulit. Pasalnya, penderita duck syndrome cenderung menampilkan hal-hal baik saja. Untuk itu, kondisi yang satu ini sering kali disadari saat gejala yang dirasakan sudah cukup parah.
Selain itu, setiap penderita duck syndrome juga bisa menunjukan gejala dan tingkat keparahan gejala yang berbeda-beda. Meski demikian, umumnya penderita duck syndrome akan menunjukan beberapa gejala berikut:
- Sering merasa gugup, cemas, gelisah, takut, dan semacamnya. Namun disisi lain, penderita tetap penunjukan bahwa dirinya sedang dalam kondisi yang baik atau bahagia.
- Sering kali membandingkan pencapaian dan segala sesuatu yang dimiliki dengan orang lain. Dalam hal ini, penderita duck syndrome merasa kehidupan orang lain jauh lebih baik dari apa yang mereka miliki.
- Merasa senang dan sangat membutuhkan pujian dari orang lain. Hal inilah yang membuat mereka terpacu untuk menunjukkan segala kelebihan atau kemampuan yang dimiliki.
- Mengalami beberapa gejala fisik, seperti mudah merasa lelah, sulit tidur, mual, ketegangan otot, dan masih banyak lagi.
- Selalu merasa khawatir, pelupa, sulit untuk fokus, dan berbagai masalah kognitif lainnya.
- Mengalami perubahan perilaku. Misalnya kehilangan nafsu makan, suka menunda pekerjaan, gelisah sepanjang waktu, dan masih banyak lagi.
- Mengalami kesulitan untuk menenangkan pikiran, selalu berbikiran negatif akan diri sendiri, merasa tidak seberuntung orang lain, dan tidak jarang kehilangan harga diri.
Beberapa penjelasan di atas cukup menggambarkan kondisi penderita duck syndrome. Perlu diingat bahwa duck syndrome tidak tercantum dalam DSM-5. Artinya, kondisi tersebut bukan salah satu jenis gangguan mental. Meski demikian, kondisi duck syndrome ini bisa sangat mempengaruhi mental seseorang.
Penderita duck syndrome memang umumnya masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Namun bukan berarti kondisi tersebut bisa dibiarkan begitu saja. Duck syndrome yang dibiarkan berkembang bisa berevolusi menjadi depresi, gangguan kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Maka dari itu jika kamu mengalami beberapa gejala duck syndrome, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dan psikolog atau psikiater. Mendapatkan diagnosa dan penanganan lebih awal bisa membantu proses pemilihan agar lebih efektif dan efisien.
Itu dia penjelasan singkat mengenai duck syndrome. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Baca juga: Cara Menjaga Kesehatan Mental Untuk Ibu Pekerja
MEMBUTUHKAN KONSULTAN KESEHATAN MENTAL UNTUK INDIVIDU ATAU PERUSAHAAN? KAMI PUNYA SOLUSI MENYELURUH MASALAH MENTAL HEALTH.
HUBUNGI KAMI MELALUI KONTAK DIBAWAH INI:
DeepTalk by Logos Indonesia: Biro Psikologi & Konsultan HRD
Layanan:
1. Rekrutmen & Asemen Karyawan
2. Konsultansi MSDM
3. Training & Development by @logosinstituteofficial
4. Outbound
5. Konseling Online Berbasis Android & iOS by @deeptalkindonesia
6. Klinik Konsultasi Psikologi & Tumbuh Kembang Anak by @deepgrowindonesia
7. Layanan Psikologi Pendidikan by EduQuotient
.
Hubungi kami (Bisa Langsung Klink Nomor Dibawah Ini):
Rekrutmen, Asemen & Konsultansi MSDM: 0811-1744-456
Training & Outbound : 0811-1075-456
Klinik Psikologi, Konseling & Tumbuh Kembang Anak: 0811-1814-456
EduQuotient (Psi. Pendidikan): 0811-1157-456
Email : admin@logosconsulting.co.id
.
Follow Kami:
Logos Indonesia : @logosindonesiaofficial
Logos Institute : @logosinstituteofficial
DeepTalk Indonesia : @deeptalkindonesia
DeepGrow Indonesia : @deepgrowindonesia